Pelaku Mujahid Taliban, Serang Tentara Asing dan Polisi
KABUL – Serangan atas tentara asing di Afghanistan terus meningkat akhir-akhir ini. Jelang penarikan pasukan koalisi internasional secara total pada akhir 2014, kondisi keamanan di negeri Presiden Hamid Karzai itu makin tidak terkendali. Afghanistan pun berubah menjadi negeri yang tidak aman bagi tentara asing.
Serangan bom bunuh diri kelompok Taliban sengaja menarget patroli gabungan tentara NATO dan Afghanistan, Senin pagi (1/10). Serangan yang dilakukan oleh pelaku yang bersepeda motor itu menewaskan sedikitnya 14 orang. Termasuk, tiga tentara NATO dan seorang penerjemah asing. Korban jiwa lain adalah empat polisi Afghanistan dan enam warga sipil.
Selain korban tewas, ledakan yang terjadi di dekat pasar di Kota Khost, timur Afghanistan, itu mengakibatkan tiga polisi dan 37 warga sipil terluka. Taliban pun mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom tersebut.
’’Hari ini (kemarin) sekitar pukul 08.30 seorang pelaku bom bunuh diri yang mengendarai sepeda motor menarget patroli gabungan di Kota Khost. Ledakan terjadi di wilayah ramai,’’ kata Baryalai Wakman, juru bicara pemerintah Provinsi Khost. ’’Dalam serangan yang tak manusiawi itu, tiga polisi dan 37 warga sipil terluka. Enam warga sipil dan empat polisi, termasuk komandan pasukan unit reaksi cepat, tewas,’’ tambahnya.
Sumber di rumah sakit menyatakan bahwa korban tewas warga Afghanistan berjumlah 10 orang. Selain itu, lebih dari 60 orang lainnya terluka.
Taliban menyatakan dalam situs resminya bahwa pelaku serangan bom bunuh diri tersebut adalah seorang mujahid bernama Shohaib dari Kunduz. Mereka mengklaim delapan warga asing dan enam tentara Afghanistan tewas dalam serangan tersebut.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) atau pasukan asing di Afghanistan di bawah koordinasi NATO membenarkan bahwa tiga personel militernya dan seorang penerjemah asing tewas akibat serangan itu. Ini membuat korban tewas dari pasukan koalisi bertambah menjadi 347 orang tahun ini.
NATO menempatkan lebih dari 100 ribu pasukan untuk menumpas pemberontakan Taliban di Afghanistan. Sesuai jadwal, mereka akan ditarik secara menyeluruh pada akhir 2014.
Belakangan ini, serangan atas tentara NATO meningkat. Bahkan, kebanyakan pelaku serangan itu menyusup atau menyamar sebagai tentara atau polisi Afghanistan. Operasi gabungan pasukan NATO-Afghanistan sempat dihentikan sementara sejak bulan lalu akibat meningkatnya serangan oleh para penyusup. Mereka menyaru menjadi tentara atau polisi Afghanistan dan menyerang tentara asing.
Aksi bom bunuh diri kemarin terjadi setelah serangan yang dilancarkan oleh orang dalam di Provinsi Wardak Sabtu petang (29/9). Seorang personel militer Afghanistan sengaja mengarahkan dan menembakkan senapannya ke tentara Amerika Serikat (AS) di pos penjagaan di Provinsi Wardak, barat Kota Kabul. Serangan itu menewaskan dua warga AS. Salah seorang di antaranya tentara AS, dan seorang lainnya kontraktor sipil (semacam tentara swasta).
Seorang pejabat militer AS memastikan bahwa tentara yang tidak disebutkan namanya itu menjadi korban tewas ke.2.000 sejak AS memulai perang di Afghanistan pada Oktober 2001.
Sedikitnya, 51 tentara koalisi tewas dalam 36 serangan oleh penyusup atau orang dalam tahun ini. Itu merupakan 15 persen di antara jumlah keseluruhan korban tewas dari pasukan NATO.
Tingginya intensitas serangan orang dalam itu menjadi hal yang luar biasa. Ini memunculkan saling curiga antara pasukan koalisi NATO dan sekutunya, Afghanistan.
’’Saya benar-benar marah kepada mereka (penyusup),’’ tegas Komandan ISAF Jenderal John Allen saat wawancara dalam program 60 Minutes di stasiun televisi CBS sebelum insiden penembakan Sabtu lalu terjadi. ’’Peristiwa ini sudah menyebar ke seluruh AS. Anda tahu, kami siap untuk berkorban besar demi kampanye (perang) ini. Tapi, kami tidak rela personel kami dibunuh,’’ tandasnya. (AFP/AP/cak/dwi)