Rumah Hampir Disita Bank, Kini Omzet Puluhan Juta Rupiah

Minggu 16-04-2017,09:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAJALENGKA - Beternak jangkrik bila dilakoni dengan tekun dan telaten sebenarnya bisa menghasilkan pundi-pundi uang yang menjanjikan. Paling tidak, itu yang dialami Idi Subsidi alias Abas (45). Ketika bisnisnya terpuruk hingga utang menumpuk dan bangkrut, beternak jangkrik membuatnya bangkit dan berhasil melunasi utang-utangnya yang mencapai ratusan juta rupiah. Saat ditemui di kediamannya di Desa Weragati Kecamatan Palasah, Minggu (9/4), Abas mengaku saat ini tidak lagi mengurusi jangkrik karena sudah dijalankan oleh istri. Dia mengambil keputusan beternak jangkrik berdasarkan ilmu yang diperoleh dari internet, dan belum ada yang membimbingnya sehingga kerap mengalami kegagalan. “Rumah ini dulu pernah dipenuhi jangkrik saat panen melimpah karena tidak bisa menjualnya, bahkan saya pernah membuang jangkrik hingga satu ton ke sungai karena tidak laku,\" tutur bapak tiga anak ini. Ketika itu, lanjut Abas, dirinya sedih. Tapi terus berusaha tabah dan belajar sehingga memiliki pasar. \"Saya bersyukur bisnis jangkrik hingga kini masih berjalan,” katanya. Alumni SMPN Palasah ini mengaku sempat menjalani usaha kreditan dan tiba-tba bangkrut, hingga rumahnya nyaris disita bank. Justru dari beternak dan bisnis jangkrik, utang ratusan juta lunas dan usahanya mulai mengalami kemajuan. Saat ini dirinya lebih fokus memproduksi telur jangkrik untuk dijual ke peternak dengan harga mencapai Rp250 ribu per kilogram. “Saya jual telur jangkrik ke peternak, dan jangkrik dari peternak saya beli lalu dikirim secara rutin hingga ke Garut dan Bandung setiap minggu,” ujarnya. Harga jangkrik per kilo saat ini di kios mencapai Rp30 ribu, sedangkan dari peternak antara Rp20 ribu sampai 25 ribu per paket atau per kilogram. Abas tidak menampik kalau saat ini produksi jangkrik tengah melimpah. Peternak binaan Abas tidak hanya di Desa Weragati, tapi juga di Budur Ciwaringin Kabupaten Cirebon hingga Wiyong Susukan Cirebon. Abas kini fokus menjadi pengepul jangkrik dan hanya sedikit beternak di belakang rumah dan rutin memproduksi telur jangkrik. Dia meyakini ketekunan dan komitmen dengan peternak dan suplier menjadi kunciu usahanya, sehingga bisa rutin mengirim jangkrik. Jangkrik merupakan ternak dengan komoditas khusus sebagai pakan ikan dan burung, serta hanya memiliki waktu 5 hari untuk dijual. “Karena kalau lebih dari lima hari jangkrik mengeluarkan bulu dan sayap, dan itu tidak bisa dijual. Makanya kita harus cerdas dan cepat menjualnya,” jelas dia. Dulu produksi jangkrik dari para peternak bisa mencapai 8 ton sebulan, tapi kini hanya 1,2 ton. “Pokoknya apapun pekerjaan dan usaha yang ditekuni dengan sabar dan telaten akan menghasilkan uang,” ujarnya. Ditambahkan Abas ketika dirinya beternak jangkrik dan menjadi pengepul, per bulan bisa mengirim jangkrik 4-5 ton dengan omzet Rp60 juta hingga Rp70 juta per bulan. (ara)  

Tags :
Kategori :

Terkait