Daging Impor Dijual Bebas di Pasar Tradisional, Banyak Jagal Gulung Tikar

Kamis 20-04-2017,11:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Humas Jagal Pemotongan Sapi dan Kerbau Cirebon, Mantri Yudi Lumanhakim sangat kecewa dengan pemerintah. Lantaran menabrak aturan yang telah dibuat. Meski saat ini dijual bebas di pasaran, namun daging impor harus dalam keadaan beku (segar dan dingin). Sehingga, daging impor harus selalu berada di freezer. \"Sekarang sudah bebas dijual di pasaran. Aturannya sih dagingnya harus beku di freezer, tapi lihat kenyataannya. Apa sebagian pedagag pasar tradisional punya freezer dan freezer-nya dibawa-bawa ke pasar. Kebanyakannya kan dagingnya sudah cair dan membiru,\" tegas Yudi. Karena aturan demikian, sejak dua tahun terakhir para jagal yang tergabung dalam Paguyuban Jagal Sapi Cirebon banyak yang gulung tikar. Sebagai contoh, jagal di Desa Battembat, Kecamatan Tengahtani, yang awalnya ada sekitar 30, kini tinggal 15 jagal. \"Dulu sebelum impor daging masuk besar-besaran, per jagal bisa motong sapi enam ekor. Sekarang boro-boro, motong dua-tiga ekor juga sudah bersyukur. Kebijakan itu memberikan dampak kelesuan bagi jagal. Lebih dari 50 persen kita mengalami gulung tikar, karena kalah saing. Ditambah dengan biaya produksi yang semakin mahal,\" paparnya. Lebih lanjut, ujarnya, pemerintah Indonesia yang menyuplai dan mendistribusikan daging sapi impor dari India dinilai keliru. Karena selain belum lulus dari penyakit mulut dan kuku (PMK), impor daging sapi juga dinilai sangat menyengsarakan para peternak di Indonesia. \"Terus terang kita sangat keberatan dengan kebijakan tersebut. Selain belum lulus tes kesehatan untuk PMK, impor daging sapi langkah yang keliru. Lebih baik yang dibanyakin impor itu sapi bakalan (anakan) karena kita lebih dapat untung. Kan para peternak memelihara dulu sebelum dijual,\" ujar Yudi. Sekadar diketahui, impor bakalan (anakan) sapi hidup akan jauh lebih menguntungkan masyarakat. Sebab impor bakalan sapi yang dikirim dari Australia maupun Newzealand (Selandia Baru) dan negara lainnya yang telah lulus PMK, berupa sapi anakan hidup yang minimalnya memiliki bobot 300 kg, dirasa lebih menguntungkan. Sapi bakalan hidup impor dengan bobot 300 kg tersebut, sebelumnya mesti diternak sekitar tiga bulan untuk menghasilkan bobot 400 kg. Kemudian sapi bisa dipotong atau dijual di pasaran. \"Kalau impor sapi bakalan kan kita peternak memelihara dulu sampai bobotnya bisa mencukupi kemudian bisa terjual. Nah dari situ, kita dapat untung karena telah memeliharanya,\" jelasnya. (via)

Tags :
Kategori :

Terkait