Karyawan Tetap Tolak Penutupan PG Sindanglaut

Sabtu 29-04-2017,14:35 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

  CIREBON - Keputusan Direksi PG Rajawali Nusantara II menutup Pabrik Gula (PG) Sindanglaut tetap ditolak para karyawan dan petani. Karena banyaknya penolakan, jajaran direksi kabarnya memutuskan giling 2017 akan tetap digelar di PG Sindanglaut. Setelah itu (setelah giling) baru ada evaluasi lanjutan. Koordinator karyawan PG Sindanglaut, Daud, mengaku pagi kemarin direktur utama Rajawali Nusantara II ke PG Sindanglaut dan kembali melakukan pertemuan dengan seluruh karyawan. Dalam pertemuan disampaikan bahwa giling 2017 yang akan dilakukan pada 1 Juni 2017 tetap dilaksanakan di PG Sindanglaut. “Tapi kita tetap mau ada kejelasan dan jaminan,” ujar Daud, kemarin. Setelah musim giling 2017, sambung Daud, direksi akan kembali melakukan evaluasi PG Sindanglaut.  Daud pun meminta pihak direksi untuk objektif dalam melakukan penilaian kinerja PG di bawah PT PG Rajawali Nusantara II. “Tahun 2016 PG Tersana Baru itu gilingnya di sini (PG Sindanglaut, red). Tahun kemarin menjadi waktu giling terlama dengan waktu hampir 7 bulan. Sekarang malah PG Sindanglaut yang ditutup, kan keliru. Secara pekerjaan kita paling baik dibanding PG yang lain,” imbuhnya. Dikatakan Daud, pihaknya tidak ingin nasib karyawan PG Sindanglaut sama seperti PG Karangsuwung. Dia pun tak ingin pelaksanaan musim giling yang dilakukan saat ini hanya sebagai peredam gejolak karyawan yang menuntut tidak ditutupnya PG Sindanglaut. Sebenarnya sampai saat ini pihak karyawan belum pernah mendapat salinan surat penutupan PG Sindanglaut. Namun penjelasan direktur saat audiensi di hari pertama aksi, mengiyakan jika pihak direksi akan menutup PG Sindanglaut karena terus merugi. Hal senada disampaikan perwakilan petani tebu PG Sindanglaut, Mae Azhar. Dikatakan, Sabtu (29/4) para petani diundang untuk bertemu dengan pihak direksi untuk membahas persoalan yang kini tengah menghangat. “Informasi yang saya terima, pertemuan nanti agendanya sosialisasi penutupan pabrik. Kita akan hadir. Teman-teman petani juga akan mengawal para perwakilan, ada 100 petani yang siap hadir,” tutur Azhar. Dikatakan Azhar, dengan melihat kesungguhan dan sikap para petani dan karyawan, pihak direksi seharusnya mancari jalan lain selain penutupan untuk menyehatkan keuangan perusahaan. Masalahnya, saat ini tidak sedikit keluarga yang menggantungkan hidupnya ke PG Sindanglaut. “Dengan ditutupnya pabrik tentunya direksi akan membunuh ribuan orang yang setiap hari mencari makan di PG Sindanglaut. Kalau petani harapannya PG ini tetap buka,” tandasnya. Dijelaskan, saat ini petani dan karyawan sudah sepakat. Bagaimanapun caranya, PG Sindanglaut tetap buka dan beroperasi seperti sedia kala. “Kita akan perjuangkan, kita akan datangi Rajawali Holding, kita akan ke Menteri BUMN. Apapun ceritanya pabrik ini tidak boleh ditutup,” pungkasnya. Sebelumnya, saat menemui perwakilan karyawan pada hari Kamis (27/4), Dirut PT PG Rajawali Nusantara II Audry H Jolly Lapian menyampaikan beberapa langkah ekstrem untuk menyelamatkan perusahaan. “Saya di sini dari Januari 2017. Sebelumnya saya di Rajawali I di Malang. Saya ke sini ditugaskan untuk menyelematkan perusahaan yang setiap tahunnya selalu mengalami kerugian. Tidak sedikit, hampir setiap tahun kerugiannya puluhan miliar untuk setiap PG di bawah PG Rajawali II,” tuturnya. Dikatakan Audry, saat ini utang PG Rajawali II total sekitar Rp1 triliun. Utang itu diwariskan dari zaman dulu hingga saat ini. Pihaknya kini tengah fokus melakukan pembenahan untuk menyehatkan kembali PG Rajawali II. “Bayangkan kita saja sampai harus ikut tax amnesty (pengampunan pajak, red). Ternyata bertahun-tahun kita tidak bisa bayar pajak. Kemarin kita bayar sekitar Rp25 miliar,” ungkapnya. Masih kata Audry, dari hasil evaluasinya selama di PG Rajawali II, pihaknya pun melakukan langkah-langkah penting untuk meningkatkan dan menyehatkan perusahaan. “Yang di Majalengka, PG Jatitujuh, kita sudah kerja sama dengan Perhutani. Di sana selalu merugi karena kurangnya tebu, sekarang sudah teratasi. Di Subang juga sama, kita untuk mengatasi itu sudah teken MoU PTPN 8,” terangnya. Selain itu, beberapa waktu lalu pihaknya membentuk tim untuk melakukan pengkajian terhadap PG Tersana Baru dan PG Sindanglaut. Saat itu ada beberapa rekomendasi, perusahaan mana saja yang bisa diselematkan dan mana saja yang harus dilakukan untuk efisiensi. “Ada lima pilihan yang diberikan tim pangkaji. Kita pilih yang paling mungkin karena beberapa alasan. PG Sindanglaut ditutup dan aktivitas gilingnya dipindahkan ke PG Tersana Baru. Di sana kapasitas gilingnya lebih besar ketimbang PG Sindanglaut,” paparnya. (dri)    

Tags :
Kategori :

Terkait