Siswa SMP Tak Bisa Baca Bukan Omong Kosong

Sabtu 13-05-2017,13:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Terungkapnya data 447 siswa SMP di Kabupaten Cirebon yang tidak bisa membaca, bak petir di siang bolong. Publik ada yang heran dan juga miris. Beberapa pihak ada yang menyangsikan data tersebut. Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia tingkat SMP Kabupaten Cirebon, Rudianto mengaku tak heran dengan adanya data tersebut. Pasalnya, dia pernah berdialog dengan beberapa guru di salah satu SMP, bahwa memang ada siswa yang belum bisa membaca. Mengenai hal ini, dirinya juga kemudian melakukan penelitian tentang kemampuan efektif membaca pada siswa SMP di Kabupaten Cirebon. \"Ini memang permasalahan tersendiri. Data yang disampaikan Disdik sebanyak 447 itu bukan dari hasil penelitian, itu hasil dari pengumpulan data dari sekolah-sekolah,\" ucapnya kepada Radar Cirebon, Jumat (12/5). Menyikapi hal ini, pihaknya juga berkerjasama dengan pascasarajana Unswagati, bakal melakukan pengecekan. \"Yang disebut tidak bisa baca itu di level mana. Karena ada 19 level penguasaan membaca, seperti contohnya pengenalan huruf, konsonan, wacana, dan lainnya. Itu pun tidak gegabah mengambil kesimpulan, kita lihat dulu latar belakang psikologisnya,\" kata dia. Menurut Rudianto, pihaknya juga pernah membicarakan mengenai program Klinik Baca sebagai salah satu upaya untuk mengatasi problem siswa dalam menguasai ilmu membaca dan menulis. \"Justru dengan adanya Klinik Baca itu, sebagai pembuktian juga sejauh mana kemampuan siswa itu dalam membaca. Kalau memang ada yang tidak bisa, kan bisa diobati, kemudian dengan tingkat lanjut. Dan program ini juga diharapkan bisa berkembang ke masyarakat luas, tidak hanya di sekolah,\" ujarnya. Di lain sisi, Kepala SDN Cangkring, Abdurrahman mengaku, sedikit aneh apabila ada siswa SMP yang belum bisa baca tulis. Pasalnya, sejak sekolah dasar kelas satu dan dua, pihak sekolah sudah menyaring para siswa yang belum bisa baca tulis. \"Hampir semua guru saya rasa melakukan ini. Jadi, apabila siswa belum bisa baca di kelas satu, itu boleh naik ke kelas dua. Kalau di kelas dua tidak juga bisa baca, maka akan ditinggal kelas dulu,\" ucapnya. Kemudian, lanjut Abdurahman, siswa diberikan satu tahun mengulang. Apabila di tahun berikutnya tidak juga bisa membaca, maka pihak sekolah akan memanggil orang tua siswa untuk dilakukan pendampingan. Barangkali ada kelainan dari sisi psikologi. \"Sejauh ini, saya juga kan mengajar siswa paket di PKBM. Walaupun mereka terbelakang, itu hampir semua bisa baca tulis. Makanya heran ketika ada siswa SMP yang belum bisa baca,\" terangnya. Yang paling memungkinkan itu, kata Abdurahman, adalah siswa kelas satu dan dua Sekolah Dasar yang belum bisa baca. Karena Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon pernah meminta data ke sekolah siswa-siswa yang belum bisa baca. \"Dan di sekolah kita itu ada 13 orang siswa, kelas satu dan dua yang masih belum bisa baca,\" katanya. Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Cirebon, H Rasida Edi Priyatna menyampaikan adanya data tersebut, menjadi shock terapi para pendidik di Kabupaten Cirebon. Menurutnya, perlu ada penanganan serius dari Dinas Pendidikan dan semua pihak, baik dari kepala sekolah, guru, kepala UPTD Pendidikan, pengawas dan juga Dinas Pendidikan. \"Perlu ada penanganan bersama, terutama dalam memilih guru SD yang sabar dan telaten dalam mengajar. Kepala UPT Pendidikan juga jangan mau hanya di belakang meja, harus sama-sama menelusuri kenapa hal ini bisa terjadi,\" kata Rasida. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait