Polri Evaluasi Menyeluruh Pengasuh Akpol

Minggu 21-05-2017,09:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Tewasnya Taruna Akademi Kepolisian Brigdatar Mohamad Adam di tangan seniornya, membuat Kapolri Jenderal Tito Karnavian menginstruksikan evaluasi menyeluruh. Namun, Kontras menilai langkah perbaikan di Akpol itu perlu bukti. Kepala Divisi Pembelaan HAM Kontras Arif Nur Fikri menuturkan, banyak hal yang telah dijanjikan Polri dalam perbaikan atas masih adanya budaya kekerasan di tubuh Akpol. Dari mempidanakan pelaku hingga evaluasi sistem pendidikannya. ”Masalahnya, budaya kekerasan itu terus memakan korban,” jelasnya. Maka, saat ini yang dibutuhkan adalah bukti bahwa Akpol memang berubah dari yang lekat budaya kekerasan menjadi lebih menghargai Hak Asazi Manusia (HAM). ”Ya, hampir setiap kejadian taruna Akpol meninggal selalu evaluasi. Saat ini ya harus buktikan,” terangnya. Untuk mempercepat perubahan di Akpol, setidaknya perlu ruang bagi para taruna untuk bisa melaporkan kejadian-kejadian yang menyimpang. Caranya, bisa dengan membuat tim pelaporan atau pengaduan. ”Sehingga, Taruna yang ingin melaporkan masalahnya bisa dilakukan,” ungkapnya. Titik krusial lainnya ada pada pengasuh taruna. Pengasuh ini dulunya juga merupakan Taruna Akpol. Sehingga, sedikit banyak tentunya penerapan budaya kekerasan masa lalu setidaknya diketahui dan dirasakan pengasuh. ”Maka, potensi untuk pengasuh menyebar budaya kekerasan juga tinggi,” urainya. Karena itu, pengasuh juga perlu untuk diubah mindsetnya dalam mendidik taruna. Pengasuh ini memberikan peran yang sentral dalam kehidupan keseharian dari taruna. ”Pengawasan terhadap taruna juga di pengasuh,” ujarnya. Dia menuturkan, sudah using mendisiplinkan orang itu dengan melakukan kekerasan. Banyak cara lain yang jauh lebih efektif untuk membuat orang disiplin disbanding hanya memukul. ”Sistem apapun kalau masih mentolelir kekerasan, itu sudah kuno,” paparnya. Sementara Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, saat ini sedang dilihat sejauh apa Akpol menerapkan budaya kekerasan. Lalu, bagaimana cara untuk menghentiukan budaya tersebut. ”Ini momentum perubahan,” ujarnya. Bahkan, pengasuh juga akan dievaluasi dengan adanya kejadian tersebut. ”Kita tanya mereka semua, mengapa kekerasan ini tidak juga berhenti,” papar mantan Kapolda Papua tersebut. Tito menuturkan, kalau memang diperlukan nanti dirinya akan berkunjung ke Akpol. Tentunya, untuk memberikan instruksi langsung untuk menghentikan budaya kekerasan. ”Nanti, mungkin saya kesana,” jelasnya. Sebelumnya, Brigdatar Mohamad Adam tewas dengan luka di paru-paru. Luka tersebut terjadi akibat tekanan yang kuat di bagian dada. Namun, belum diketahui apakah akibat pukulan dari senironya atau tidak. Sayangnya, hingga saat ini walau telah memeriksa 31 saksi dalam kasus tersebut, belum juga ada tersangka yang ditetapkan dalam kasus tersebut. Sempat beredar informasi adanya anak jenderal yang menjadi saksi dalam kasus tersebut. (idr)

Tags :
Kategori :

Terkait