Menyelami Komunitas Pemburu Syahwat Kota Udang

Rabu 24-05-2017,19:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Banyak cara bagi para pemburu syahwat memuaskan nafsunya. Era media sosial pun dimanfaatkan untuk berbagi cerita, informasi, bahkan sampai gathering nasional. =================== “AGAN yang baik hati, ada yang tau panti pijat yang ada di Cirebon nggak?” tulis salah seorang anggota yang bergabung sejak 2013 itu. Kalimat itu menjadi pembuka posting di forum yang isinya tak pernah sepi dari cerita eksekusi perempuan panggilan. Mirip panduan traveling, mereka saling berbagi cerita mengenai tempat prostitusi yang pernah dikunjungi. Tak berhenti di situ, grup rahasia ini juga mengulas penilaian atas servis dari “kupu-kupu malam” yang baru saja dipakai jasanya. Dari bintang lima, sampai kaki lima. “Overall 8, face 8, WOT (women on top) 9, long time Rp1,5 juta. Kalau short time Rp750 ribu,” tulis anggota yang mengaku bekerja di luar kota dan sesekali pulang ke Cirebon. Penjelasan atas servis perempuan panggilan seringkali dibahas sampai sedetil-detilnya. Kalau ada yang tertarik, mereka tak sungkan untuk membagi kontak. “Indahnya berbagi,” timpal member lainnya. Tak sampai di situ, exe bareng, istilah yang mereka gunakan untuk beramai-ramai mengunjungi sebuah tempat prostitusi. Untuk newbie yang baru masuk grup ini, jangan harap mengerti perbincangan secara utuh. Mereka membuat sandi-sandi untuk menyamarkan beberapa kosakata agar aktivitasnya tak mudah terlacak. Grup yang pernah di-banned di penghujung 2016 ini bangkit lagi sekitar Maret 2017 dan hingga kini masih aktif. Tagline “reborn” dipasang besar-besar pada posting awal. Anggotanya pun ratusan. Pertambahan member ini dikarenakan cara masuk komunitas ini yang cukup mudah. Tapi untuk menembus layar kedua, itu yang susahnya bukan main. Grup ini menggunakan dua media sosial yang berbeda. Satu untuk member yang baru, satu lagi untuk kalangan senior. Ibaratnya, layar pertama itu sebatas untuk seleksi apakah newbie bisa lanjut ke layar kedua atau justru ditendang keluar. Aturannya tak sesederhana yang dikira. “Keep calm and follow the rules,” tulis admin, menegur salah seorang anggota yang kelewat batas menulis review wanita panggilan. Untuk tetap berada di grup ini, tiap anggota wajib mem-posting foto, review perempuan panggilan dan tempat prostitusi yang dikunjungi minimal satu kali dalam tiga bulan. Lewat batas itu, langsung kick oleh admin. Saking pahamnya dengan lokasi prostitusi di wilayah Cirebon, bila ada anggota yang mengunggah foto palsu mereka bisa mendeteksi. Hukumannya, langsung ditendang keluar. Sampai berita ini diturunkan, personal pengelola grup tak satupun mau diwawancarai. Meski ada beberapa member yang mau akhirnya berbagi cerita. Grup prostitusi yang dikhususkan untuk wilayah Cirebon ini mayoritas anggotanya mengaku dari luar kota. “Kebetulan kerja di Cirebon, kesepian dan nemu grup ini ya gabung,” ucap lajang 30 tahun itu. Sebelum menemukan forum prostitusi itu, ia mengaku seringkali kesulitan menemukan wanita panggilan yang diinginkan. Kalaupun berkunjung ke tempat penyedia jasa pemuas syahwat, seringkali ia tak selera. Menurutnya, grup ini sangat membantu karena setiap personel saling bertukar informasi dan nomer kontak gadis-gadis panggilan. Bahkan, anggota grup ini punya langganan di tiap-tiap tempat prostitusi. Mereka menyebutnya angle. Biasanya, angle versi mereka inilah yang direkomendasikan untuk “dipakai” anggota lainnya. “Kalau di Griya ****, temui aja si D****,” tulis sang admin yang rupanya pelanggan setia salon plus-plus itu. Untuk memudahkan anggotanya, mereka punya kamus sendiri untuk menyebut tempat pijat plus-plus, karaoke sampai salon plus-plus. Misalnya PP yang merupakan sebutan untuk panti pijat, WP untuk wanita panggilan, nocan untuk nomer kontak WP, dan sebagainya. Dari penelusuran Radar, grup ini pernah melakukan gathering nasional di sebuah tempat yang mereka samarkan menjadi fashion. Pertemuan pemburu syahwat se-Indonesia ini dilakukan di Jakarta. Rupanya, grup sejenis juga ada di kota lain seperti Malang, Jakarta, Bandung, dan lainnya. Penentuan tempatnya pun tak sembarangan. Mereka membuat voting online dengan jangka waktu tertentu. Dari empat tempat yang disodorkan panitia, lokasi yang disandi jadi fashion itu pun mengantongi vote mayoritas. Pertemuan itu memiliki susunan panitia lengkap dari pembina sampai seksi acara. Seluruh perangkat panitia ini namanya anonim. Untuk anggota yang berminat harus membayar Rp175 ribu untuk early bid dan Rp200 ribu on the spot. Acaranya berlangsung 13 Mei 2016. Karena sangat rahasia, pesertanya harus menggunakan identitas berupa gelang khusus. Lokasinya pun privat. Nah untuk yang berminat exe single fighter maupun berjamaah, wajib merogoh kocek lagi. Sedangkan untuk di Cirebon sendiri, gathering member kerap diikuti tiga sampai lima personel. Mereka janjian untuk memburu kenikmatan, mencoba WP yang sudah direkomendasikan anggota lainnya. Dan setelah itu, mereka mengirimkan posting berupa review atas pelayanan yang didapat. “Zonk bro, nggak sesuai yang di-review,” tulis salah satu member yang kecewa karena spesifikasinya tak sesuai keinginan. (yud)

Tags :
Kategori :

Terkait