Andrea Dovizioso, Mental Baru dengan Motor Kencang

Selasa 20-06-2017,12:40 WIB
Reporter : Harry Hidayat
Editor : Harry Hidayat

ASSEN - Dua kemenangan beruntun Ducati di Mugello dan Barcelona sama sekali tak diprediksi siapapun, termasuk tim pabrikan Italia itu sendiri. Tidak ada target lain bagi Honda dan Yamaha akhir pekan ini kecuali menghentikan tren hebat Andrea Dovizioso di atas Desmosedici GP17. Usai kemenangan back-to-back tersebut, Dovizioso mengungkapkan rahasia di balik kisah suksesnya. Semuanya bermula dari pertengahan tahun lalu dimana terjadi perubahan mindset pada dirinya dalam menghadapi setiap lomba. \'\'Aku percaya telah memahami banyak hal dalam hidup. Dan itu membantuku menghadapi semuanya. Yaitu memandang hidup dan balapan dengan cara berbeda,\'\' ungkapnya dilansir Motorsport. Dovizioso memenangi balapan pertamanya di kelas MotoGP di Sepang, Malaysia tahun lalu. Kemenangan tersebut diraihnya setelah rider 31 tahun tersebut melewatu 158 balapan di kelas premium. Hasil maksimal di Mugello dan Barcelona dalam dua pekan beruntun itu adalah kemenangan pertamanya di balapan kering di kelas premium. Juga kemenangan beruntunnya sejak turun di grand prix kelas 125 cc pada 2002 silam. Mentalitas baru tersebut pernah dirasakan juara bertahan Marc Marquez saat menghadapi musim baru tahun lalu. Dia mengaku mendengarkan masukan dari banyak orang dan mempraktikannya di setiap balapan. Marquez menjadi lebih tenang, tidak berambisi memenangi semua balapan, sabar, dan lebih dewasa ketika menghadapi duel di atas trek. Ternyata, apa yang dialami Dovi mirip dengan Marquez. \'\'Aku bertemu beberapa orang dan mereka menjelaskan kepadamu tentang banyak hal agar kau memandang sesuatu dengan cara yang berbeda. Memang itu adalah hal-hal kecil, tapi dampaknya sangat besar,\'\' paparnya. Dia kemudian mengingatkan perubahan besar yang terjadi sejak pertengahan tahun lalu hingga saat ini. Bahkan tidak ada yang memprediksi bahwa Dovi kini hanya berselisih tujuh poin dari pimpinan klasemen pembalap MotoGP Maverick Vinales (Movistar Yamaha). \'\'Aku sangat senang bisa lebih santai, mengetahui apa yang sebenarnya ada di balik hal-hal kecil dan berusaha memanfaatkannya untuk mendapatkan hasil maksimal,\'\' terusnya. Di Mugello dan Barcelona, tampak jelas pola yang sama terjadi. Ducati punya potensi menang, tapi di awal lomba selalu Jorge Lorenzo dulu menggebrak, dan bahkan memimpin balapan. Namun setelah 5-6 lap, posisinya selalu tercecer ke belakang. Sementara Dovi dengan telaten memanfaatkan waktu yang ada, menjaga durasi ban lalu mengapitalisasi power mesin Ducati di trek lurus untuk secara bertahap merangsek ke depan. Begitu ada peluang untuk memimpin lomba, dia langsung melarikan diri. Meski begitu, Dovi tak merasa posisinya saat ini adalah penantang kuat dalam perebutan gelar juara dunia. Menurutnya, masih ada yang lemah dari Ducati jika dibandingkan dengan para kompetitor. Yakni kurangnya akselerasi di tengah tikungan. Mantan rider Repsol Honda itu juga mengaku tak sepenuhnya paham dengan kondisi balapan saat ini. Terutama kaitannya dengan perilaku ban Michelin. \'\'Aku tidak tahu mengapa. Kadang ban bekerja sangat baik, di lain waktu begitu buruk. Kadang (ban) sangat cocok untuk kami, terkadang bagus untuk pabrikan lainnya. Ini sangat aneh, tapi cara untuk menghadapi semua itu bisa membuatku berbeda,\'\' ujarnya. Perubahan Dovi juga dirasakan Bos Ducati MotoGP Gigi Dall\'Igna. Dia berpendapat bahwa pembalapnya itu menjadi seorang yang perfeksionis. \'\'Dia menyelesaikan dua lap terakhir (Barcelona dan Mugello) dengan cara yang sesuai dengan text book. Aku rasa dia memiliki semua karakteristik yang dibutuhkan untuk bersaing merebut gelar juara dunia,\'\' tambahnya dilansir GP One. Tapi darimana Ducati mendapatkan konsistensinya saat ini? Dall\'Igna mengatakan, Ducati selalu memiliki mesin dengan performa tinggi, power besar, dan cepat. Itu filosofi Ducati. Faktor tersebut tak dianggap sebagai kelemahan, tapi sebaliknya adalah keunggulan bagi Ducati. \'\'Dan untuk musim ini, memiliki motor dengan power mesin besar lebih menguntungkan,\'\' tandasnya. Kabar baiknya bagi adalah di atas kertas, Barcelona dan Jerez adalah trek yang tidak cocok dengan Ducati. Tapi di Barcelona Dovi juara sedangkan di Jerez Lorenzo merengkuh podium pertamanya bersama Ducati. \'\'Terakhir Ducati menang di Barcelona adalah musim 2003 bersama Loris Capirossi. Jadi target berikut kami adalah Assen, GP Belanda,\'\' pungkasnya.  (cak)

Tags :
Kategori :

Terkait