Toko Oleh-Oleh Laris Manis Dibanjiri Pemudik

Kamis 29-06-2017,08:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

KUNINGAN - Para penjaja oleh-oleh di sepanjang ruas jalan di Kabupaten Kuningan dibanjiri para pemudik yang hendak balik ke perantauan. Mereka membeli berbagai penganan khas Kuningan. Beberapa pengenan khas seperti tape, gemblong, Jeniper (jeruk nipis peras), ketempling, banyak dicari pemudik. Penganan olahan berbahan dasar ubi juga tidak kalah laris sebagai buah tangan. Salah satunya terlihat di Toko Oleh-oleh Teh Diah di Desa Bojong, Kecamatan Cilimus. Sejak pagi hari dipadati pembeli yang turun dari kendaraan baik roda dua maupun empat berpelat nomor luar kota seperti Jakarta, Bandung, Bogor bahkan Semarang. Tampaknya penganan tape ketan dengan wadah ember hitam dan Jeniper alias Jeruk Nipis Peras menjadi oleh-oleh khas Kuningan yang menjadi favorit para pemudik. \"Saya aslinya dari Kuningan, namun bekerja dan berkeluarga di Bandung. Hari ini (Rabu, 28/6), saya dan keluarga akan kembali ke Bandung dan menyempatkan membeli makanan khas Kuningan seperti tape, jeniper dan gemblong untuk oleh-oleh,\" ujar pemudik bernama Samsul kepada Radar Kuningan. Menurut Samsul, Jeniper dan tape ketan yang dikemas dalam ember hitam adalah oleh-oleh khas Kuningan yang tak boleh ketinggalan. Menurut dia, penganan tersebut selain khas hanya ada di Kabupaten Kuningan juga sangat disukai anggota keluarganya. \"Mumpung ke Kuningan, kami beli empat ember untuk dimakan bersama keluarga dan sebagian untuk tetangga,\" kata Samsul. Sementara itu pegawai Toko Oleh-oleh Teh Diah bernama Rian mengaku, tokonya sudah ramai dikunjungi pemudik sejak sepekan sebelum Lebaran. Namun puncak kunjungan hingga membeludak sejak hari pertama setelah Lebaran. \"Sampai jam buka yang biasanya hingga jam 21.00 WIB, sejak H+1 Lebaran kami baru tutup jam 23.00 WIB,\" ujar Rian. Menurut Rian, oleh-oleh yang paling banyak peminatnya adalah tape ketan, opak bakar, gemblong dan Jeniper. Bahkan, untuk tape ketan khas Kuningan, di tokonya hingga menyetok hingga hampir 1.000 ember sehari dari tiga merek berbeda. Meski dibanjiri pembeli, Rian mengaku, tokonya tidak memanfaatkan momen tersebut dengan menaikkan harga. Seperti tape ketan masih dipatok harga Rp 65.000 untuk ember besar berisi 100 tape. Kemudian Rp 60.000 untuk ember kecil berisi 80 tape. Begitu pun dengan produk lainnya masih dipasang harga standar. \"Harganya masih normal seperti hari biasa. Ini untuk menjaga supaya pelanggan tidak pindah ke toko lain,\" kata Rian. (fik)

Tags :
Kategori :

Terkait