Realisasi Belanja di Bawah Target

Jumat 04-08-2017,19:11 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Cirebon kembali menggelar kegiatan rutin Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, sekaligus Sosialisasi Sistem Informasi Debitur (SID), Kamis (3/8).  Sosialisasi yang digelar di KPw BI Cirebon itu, dihadiri pemerintah daerah, pelaku UMKM, mahasiswa serta rekan perbankan. Kepala KPw BI Cirebon M Abdul Majid Ikram mengatakan, secara umum perekonomian Ciayumajakuning triwulan II-2017 meningkat. Hal ini didukung konsumsi rumah tangga yang tinggi, baik dari sektor perdagangan serta industry pengolahan. Volatile food sendiri cukup terjaga. Menurut Deputy KPw BI Cirebon Rawindra Ardiansah, harga Eceran Tertinggi (HET) untuk tiga komoditas pada Ramadan kemarin, member pengaruh positif, meski item yang tak masuk HET masih relatif tinggi, terutama bawang putih. Sementara pada triwulan 3, pihaknya memperkirakan yang meningkat adalah kosumsi belanja pemerintah, infrastruktur untuk mengejar realisasi anggaran. Mengingat, realisasi belanja pemerintah masih rendah sekitar 22 persen dari target 49 persen. “Paling tinggi Kota Cirebon, Kuningan masih rendah sekitar 13 persen. Tapi ini harus dikroscek apakah pemda sudah input semua data atau belum,” tuturnya. Rawindra mengungkapkan, di akhir tahun ada momen hari raya keagamaan. Harga tiket dan makanan, biasanya naik. Termasuk hotel, perdagangan dan restauran. Untuk system pembayaran, karakteristik Ciayumajakuning adalah netinflow (perputaran uang masuk) yang dari data terakhir tercatat Rp591 miliar. Hal ini tentu sangat dipahami perbankan juga, BI yang banyak menerima setoran baik uang layak ataupun tak layak edar. “Sedangkan inflasi sampai Juni 2017 masih terpengaruh kenaikan penyesuaian TDL, terutama non subsidi. Tapi Juli efeknya sudah mulai hilang,” ungkapnya. Tren inflasi di Cirebon selama tiga tahun yakni 2013-2015 selalu lebih tinggi dari Jawa Barat, terutama menyangkut administrative price (harga yang ditetapkan pemerintah). Mulai Maret 2015, inflasi relative terjaga di bawah 2 persen, tepatnya tahun lalu 1,86 persen. Rawindra menambahkan, pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus menjaga komoditas pangan, berharap BBM tidak ikut naik, mengingat kontribusinya cukup besar pada penghitungan inflasi. (tta)

Tags :
Kategori :

Terkait