KUNINGAN-Pemilihan kepala desa (pilkades) serentak sudah berakhir. Namun friksi di tengah masyarakat masih hangat. Bak bara dalam sekam, kondisi ini sewaktu-waktu memuncak. Hal ini juga dirasakan masyarakat Kalimanggis Wetan, Kecamatan Kalimanggis. Mereka akhirnya memilih untuk berkumpul guna menghilangkan sekat pemisah pascapilkades. Seperti sudah menjadi tradisi, perpecahan selalu timbul pasca pelaksanaan pilkades. Banyak factor yang membuat suasana di sebuah desa yang sudah menyelenggarakan pilkades sedikit menghangat. Butuh waktu yang tidak sedikit untuk kembali mempersatukan warga agar proses pembangunan berlangsung lancar dan mendapat dukungan masyarakat. Kondisi ini disadari oleh Yadi Mulyadi, cakades yang keluar sebagai pemenang di pilkades serentak Desa Kalimanggis Wetan, beberapa waktu lalu. Difasilitasi oleh BPD, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda, akhirnya warga setempat menggelar salat tolak bala. Menariknya, salat tolak bala yang diikuti ribuan warga setempat dilangsungkan di jalan desa. Bukan hanya warga, melainkan cakades, baik yang menang maupun kalah. “Salat tolak bala ini sebenarnya tidak aneh. Tujuannya meminta agar desa ini dijauhkan dari bala setelah pilkades serentak. Kemudian juga mempersatukan kembali seluruh masyarakat Kalimanggis Wetan yang sebelumnya ada di beberapa kubu cakades yang bersaing,” papar Edi Mulyono, tokoh masyarakat setempat. Salat tolak bala ini, sambung dia, tak berbeda dengan salat wajib lainnya. Pasalnya, salat tolak bala ini adalah Salat Magrib berjamaah namun menggunakan bacaan qunnut. Dan penyelenggaraannya bukan di masjid, namun di jalan desa. “Alhamdulillah masyarakat yang datang mencapai ribuan. Kades terpilih, Yadi Mulyadi dan cakades yang tidak menang hadir juga. Kami sengaja mengundang semua komponen masyarakat untuk ikut salat tolak bala agar seluruh Kalimanggis Wetan kembali bersatu,” ujarnya. Menurut Edi, selain seluruh masyarakat diundang untuk mengikuti salat tolak bala, pihaknya juga mengundang pemenang dan cakades yang kalah. Dengan bersatunyakembali para cakades ini tentu akan membuat desa kembali tenang dan nyaman. “Pemilihan sudah usai. Jadi, tidak beralasan jika kemudian masih terjadi gesekan di masyarakat sisa dari pilkades. Sekarang yang diperlukan adalah bagaiamana warga Kalimanggis Wetan mendukung dan mengawasi program pembangunan yang akan dilakukan oleh kades baru. Kalau memang perlu dikritik ya dikritik. Yang penting, pembangunan berjalan lancar,” tegas Edi. Samsudin, warga pendatang yang memiliki warga setempat mendukung sepenuhnya salat tolak bala yang digagas BPD dan tokoh agama untuk menyatukan kembali seluruh masyarakat Kalimanggis Wetan. Sebab dia tak memungkiri jika ada friksi di tengah masyarakat imbas dari pelaksanaan Pilkades. “Langkah yang diambil para tokoh masyarakat ini sangat bagus. Warga bisa salat Maghrib berjamaah. Saya sendiri melihat antusiasme dari masyarakat untuk ikut serta salat tolak bala. Mudah-mudahan saja apa yang sudah dilakukan ini bisa menjadi alat pemersatu warga,” harapnya. Dia melihat, masyarakat di desa tersebut sangat merespons gagasan salat tolak bala dan memenuhi jalanan yang akan digunakan sejak sebelum Magrib. “Ini ide yang bagus dalam mempersatukan kembali masyarakat. Yang saya dengan, cakades yang menang juga merangkul pesaingnya di Pilkades,” tukasnya. (ags)
Unik, Cegah Perpecahan, Warga Gelar Salat Tolak Bala di Jalan Desa
Jumat 25-08-2017,16:31 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :