Pasokan dari Kuningan ke Cirebon Terhambat, Petani Patungan Beli Air

Selasa 12-09-2017,12:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON – Masyarakat Cirebon, khususnya yang memanfaatkan air dari Sungai Ciberes, meminta agar Pemkab Kuningan lebih bijak dalam membagi jatah air untuk mengatasi kekeringan di wilayah Cirebon. Sebab, saat ini jatah yang diberikan oleh P3A Kuningan tidak cukup untuk mengairi luas area lahan pertanian di Kecamatan Waled di delapan desa, kurang lebih seluas 800 hektare. “Kita minta Pemkab Kuningan bijaksana, karena sumber air di Sungai Ciberes semuanya dari Kuningan. Jangan sampai ada monopoli. Pikirkan juga kita yang di hilir,” ujar Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A), Nurwadi. Saat ini, lanjutnya, Bendung Surakatiga atau Bendung Ambit hanya mendapat gilir air satu minggu sekali. Kuotanya pun terbatas. Pintu air di Kuningan yang menuju Cirebon hanya dibuka beberapa jam saja dan kemudian ditutup lagi. “Itu pun dengan kondisi seadanya. Saat ini Bendungan Surakatiga tidak bisa  menyimpan air. Sedimentasinya sudah tinggi sekali, air hanya numpang lewat, tidak bisa kita simpan,” imbuhnya. Jatah air yang datang seminggu sekali tersebut pun harus segera dibagi lagi untuk mengairi dua saluran sekunder. Yakni saluran sekunder Ambit dan saluran sekunder Ciuyah. Yang lebih miris lagi, para petani pun harus rela patungan untuk bisa mendapatkan air tersebut. “Kita keluarkan Rp2 sampai Rp3 juta setiap kali butuh air. Luas lahan pertanian di Kecamatan Waled yang memanfaatkan air dari Bendungan Ambit kurang lebih 800 hektare. Yang dikirim dari Waduk Dharma Kuningan lancar dan bisa dirutinkan. Namun saat ini petani sedang kewalahan. Harga hasil pertanian sedang anjlok sehingga patungan seikhlasnya. Sisa kekurangannya dilunasi oleh pemerintah desa,” paparnya. Jika ukurannya memadai atau tidak, layak atau tidak layak, jumlah air yang datang dan dikirim dari Kuningan tersebut sangat kurang. “P3A Mitra Cai yang dilema. Serba salah. Makanya gesekan di tingkat petani sering sekali. Belum lagi air yang datang dari Kuningan itu mengendap di bendung-bendung ilegal sepanjag aliran sungai,” bebernya. Nurwadi tidak mengatahui jumlah debit air yang dikirim dari Kuningan. Dia hanya tahu jika ukuran air yang dikirim berdasarkan waktu. Misalnya, jika air mulai dialirkan sekitar pukul 05.00, maka pukul 12.00, air sudah berhenti dan baru dapat giliran lagi minggu depannya. “Antispasinya, kita minta ada normaslisai Bendungan Surakatiga atau Ambit. Ini perlu agar air bisa kita debit dan dilepas berdasarkan kebutuhan saja. Sayang juga air yang datang dari Kuningan lepas begitu saja ke laut,” ungkapnya. Sementara itu, untuk mengantisipasi kekeringan di Kabupaten Cirebon, sejumlah sumur pantek sudah dibuat oleh Dinas Pertanian. Hal itu untuk menjaga stok air dan menyelamatkan hasil tanam para petani. Ada 10 titik sumur pantek di Desa Ambit. Kedalamannya 30 meter. Nanti setelah ini ada mesin bantuan dari dinas lainnya. “Sumber anggarannya saya kurang tahu, apakah dari pusat atau dari daerah. Sebelumnya kita juga sudah buat di beberapa desa di Kecamatan Waled. Jatahnya 10 titik untuk tiap desa yang sudah mengajukan proposal,” ujar pengawas lapangan, Helmi. (dri)  

Tags :
Kategori :

Terkait