Waswas Terbawa Hanyut, Warga Gunakan Jembatan Rakit Seberangi Sungai Cijolang

Selasa 26-09-2017,09:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

KUNINGAN-Jembatan rakit yang menghubungkan Kabupaten Kuningan dan Ciamis di Dusun Walahar, Desa Ciberung, Kecamatan Selajambe, hingga saat ini masih menjadi andalan warga sekitar untuk menyeberangi Sungai Cijolang setiap hari. Setiap hari warga menggunakan jembatan rakit tersebut sebagai alat penyeberangan alternatif untuk berangkat dan pulang dari berladang, menjual hasil pertanian atau untuk berkunjung ke sanak saudaranya. Meski berisiko tercebur atau terbawa hanyut ketika terjadi arus deras, namun warga masih memilih jembatan rakit tersebut karena pertimbangan jarak yang lebih dekat. \"Sebenarnya ada jembatan permanen di daerah Selajambe, tapi harus memutar hingga 5 kilometer. Kalau lewat jembatan rakit ini saya bisa lebih cepat sampai ke rumah,\" kata Jajang kepada Radar Kuningan. Jajang dan warga yang lain sangat berharap ada perhatian dari pemerintah Kabupaten Kuningan ataupun Ciamis untuk membangunkan jembatan permanen di lokasi tersebut untuk memudahkan perjalanan mereka. Meskipun keberadaan jembatan rakit tersebut sudah ada sejak puluhan tahun, namun Jajang mengaku masih merasakan waswas terbawa hanyut atau tercebur saat menyeberang. \"Terutama saat terjadi hujan deras dan menyebabkan air meluap, kami terpaksa menunggu hingga surut. Begitu juga jika malam hari, meskipun ada penjaga yang siap mengantar, tapi kekhawatiran terjadi banjir bandang ataupun terpeleset selalu ada,\" ujar Jajang. Adalah Kurman (65) warga setempat yang setiap hari menjadi petugas operator jembatan rakit tersebut siang dan malam. Dengan setia Kurman mengantarkan warga yang hendak menyeberangi sungai dengan rakit yang dibuatnya bersama warga yang lain tanpa mematok harga atas jasa tarik rakit tersebut. \"Kadang ada yang memberi Rp 1.000 saya terima, ada juga yang memberi Rp5.000 hingga Rp10.000, ya alhamdulillah,\" kata Kurman. Kurman mengaku pekerjaannya menarik jembatan rakit ini hanya bentuk pengabdian karena merasa kasihan banyak warga yang membutuhkan jembatan darurat tersebut untuk menyeberang sungai ke desa tetangga. Terutama saat malam hari, terkadang ada saja warga yang membutuhkan jasanya karena darurat ataupun saat ramai ada hiburan dangdut. \"Saya menjaga jembatan rakit ini setiap hari bergiliran bersama seorang teman. Kalau sehari-hari pekerjaan saya di sawah tak jauh dari lokasi jembatan rakit ini. Jadi kalau ada warga yang ingin menyeberang, tinggal teriak atau membunyikan klakson, nanti saya seberangkan,\" ujar Kurman. Kurman menuturkan, kehadiran jembatan rakit ini pertama ada sekitar tahun 1980-an, namun dia baru empat tahun ini mendapat kepercayaan untuk menjadi petugas penarik rakit. Kurman mengaku senang dan tidak akan merasa rugi karena pendapatan sampingannya tersebut hilang jika suatu saat pemerintah membangun jembatan permanen di lokasi tersebut. \"Saya justru merasa senang kalau ada jembatan permanen. Warga bisa dengan mudah menyeberang jembatan dengan tenang tanpa harus was-was terbawa banjir atau tercebur,\" kata Kurman. (fik)

Tags :
Kategori :

Terkait