BALI - Guna mengantisipasi letusan Gunung Agung, pemerintah terus memperkuat koordinasi. Baik pusat, provinsi, maupun kabupaten dan kota tidak henti berupaya menekan potensi kerugian masyarakat apabila gunung tertinggi di Bali tersebut meletus. Itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo ketika berkunjung ke GOR Swecapura kemarin (26/9). Jokowi menyampaikan bahwa koordinasi antar lini harus kuat. Sebab, tidak mudah berhadapan dengan bencana letusan gunung. “Karena tidak ada kepastian kapan akan meletus atau bahkan jadi meletus atau tidak,” kata dia setelah menemui ribuan pengungsi di GOR tersebut. Untuk itu, dia meminta seluruh rakyat Indonesia turut mendoakan masyarakat Bali. Yang paling penting saat ini, sambung presiden, seluruh masyarakat yang berpotensi terdampak letusan Gunung Agung selamat. Mereka aman dari bahaya yang mengancam nyawa. “Untuk itu, saya meminta seluruh warga di sekitar Gunung Agung patuh kepada instruksi petugas,” jelas dia. Apalagi instruksi gubernur, bupati, wali kota, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Khusus koordinasi pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek menyampaikan pihaknya melakukan sistem berjenjang. Sebab, RSUD Karangasem berpotensi turut terkena imbas apabila Gunung Agung meletus. “Dalam hal ini mereka harus digeser,” ungkap Nila. Untuk itu, Kemenkes meminta rumah sakit pelat merah di wilayah lain turut bersiap diri. Tidak terkecuali RSUP Sanglah yang berada di Denpasar. Dengan begitu, pasien yang perlu dirujuk dari RSUD Karangasem tidak melulu dibawa ke RSUD Klungkung. Tidak hanya itu, mereka juga menyebar 114 posko kesehatan di sejumlah lokasi pengungsian. Seluruhnya dikerahkan untuk membantu para pengungsi. “Insya Allah stok obat cukup,” imbuhnya. Nila tidak mengelak informasi sejumlah pengungsi yang sudah mulai mengeluh sakit. Di GOR Swecapura saja, jumlahnya ribuan. Angka tepatnya mencapai 5.321 jiwa. “Itu yang sakit dasar saja,” ucap dia. Misalnya mengalami gangguan pernapasan atau demam. Selain itu, data dari RSUD Klungkung mencatat tidak kurang 142 pengungsi masuk IGD. Bahkan ada 59 pengungsi yang mesti dirawat inap. Sedangkan pengungsi yang rawat jalan sebanyak 27 jiwa. Mereka berasal dari berbagai lokasi pengungsian. Juga ada yang dirujuk dari luar Klungkung. Kemarin, seorang pengungsi asal Karangasem meninggal dunia. “Ni Komang Rungeh usia 92 tahun alamat Amlapura,” jelas Direktur RSUD Klungkung I Nyoman Kesuma. Rungeh meninggal dunia akibat sakit stroke dan kencing manis yang dia derita. “Ada infeksi yang meluas. Memang sakit yang diderita dari lama,\" terang dia. Data RSUD Klungkung mencatat, Rungeh merupakan salah seorang pasien rujukan dari RSUD Karangasem. Dia dirujuk sejak Sabtu (23/9). Sementara itu hingga berita ini ditulis, jumlah pengungsi Gunung Agung yang terdata oleh BPBD Bali sejumlah 75.673 jiwa. Pengungsi menempati 377 titik pengungsian di sembilan kabupaten di Bali. Angka tersebut sudah melampaui prediksi jumlah pengungsi dari kawasan rawan bencana. Besar kemungkinan angka pengungsi membludak lantaran banyak warga di luar kawasan rawan bencana ikut mengungsi. (and/lyn/syn)
Pengungsi Mulai Mengeluh Sakit, Presiden Jokowi Minta Warga Patauhi Instruksi
Rabu 27-09-2017,08:06 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :