Angkum Tetap Ogah Masuk Terminal Tipe A Kertawangunan

Rabu 27-09-2017,16:15 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

Bangunan megah Terminal Tipe A Kertawangunan yang dibangun dengan anggaran puluhan miliar rupiah, nampak makin sepi. Kios-kios yang berada di dalam terminal nampak banyak yang tutup. Begitu juga dengan bus antar kota antar provinsi (AKAP) bisa dihitung dengan jari yang mau masuk ke dalam terminal. Begitu juga dengan angkot, para sopirnya lebih suka ngetem di depan terminal terbesar di Kota Kuda tersebut. Agus Panther, Kuningan SEMULA, terminal ini diproyeksikan sebagai titik akhir kedatangan dan keberangkatan bus AKAP yang masuk ke Kabupaten Kuningan. Tak tanggung-tanggung, pembangunan terminal tersebut menghabiskan biaya puluhan miliar rupiah. Anggaran sebesar itu berasal dari pemerintah pusat. Jejeran toko dan fasilitas pendukung lainnya disediakan pemerintah supaya pengunjung mudah mencari makanan ketika tengah menunggu bus yang akan membawanya ke tempat tujuan. Untuk bagian depannya, dibangun dua lantai yang kini dipakai sebagai kantor Dinas Perhubungan Kabupaten Kuningan. Deri segi arsitektur dan penataan, terminal Tipe A Kertawangunan sangat representatif menandakan terminal modern. Kerindangan pohon di halaman depan terminal juga sangat menyejukan bagi pengunjung. Meski kondisi terminal sangat nyaman dan luas, anehnya para sopir angkutan umum terutama angkot dan elf seperti enggan untuk menempatinya. Alhasil kondisi terminal pun nyaris sepi. Bahkan satu per satu pedagang yang sudah menyewa toko di dalam terminal memilih untuk menutupnya. Para pedagang beralasan, kondisi terminal yang sepi membuat omzetnya menurun drastis. Kondisi sepi Terminal Tipe A Kertawangunan diakui Heri, pengelola Damri jurusan Kuningan-Bandung. Heri menyatakan kalau terminal semakin sepi dan tidak banyak penumpang yang datang. Bahkan warung yang ada di terminal berani buka karena Damri menempatkan armadanya di terminal tersebut. “Kan armada bus kami nginepnya di sini (Kertawangunan, red) sehingga membuat pemilik toko kembali membuka usahanya. Kalau armada Damri tidak nginep di terminal, kami yakin toko-toko ini akan kembali tutup,” papar Heri. Terminal yang dibangun saat Menhub dijabat Agum Gumelar tersebut sebelumnya disebut-sebut untuk menampung seluruh angkutan umum yang beroperasi di Kabupaten Kuningan. Mulai dari angkot, elf, bus tiga perempat, bus AKDP maupun AKAP. Dari terminal ini, para penumpang kemudian naik angkutan umum menuju tempat tinggalnya masing-masing. “Sepi pak sekarang mah, yang jualan di sini juga banyak memilih tutup. Soalnya penumpang dan angkutan yang masuk ke terminal bisa dihitung dengan jari. Saya enggak tahu kalau nanti Dishub pindah, apa masih jualan di sini atau enggak,” ujar Bu Warno, pemilik warung di dalam terminal yang masih setia membuka usahanya. Kondisi terminal ke depannya diprediksi bakal tambah sepi jika Dinas Perhubungan (Dishub) menempati gedung baru di Jl Raya Kedungarum-Kertawangunan. Saat ini, proses pembangunan gedung tersebut masih berlangsung. Jika Dishub akhirnya pindah, maka pemeliharaan gedung dan sarana yang ada di dalam dan area luar terminal kemungkinan juga akan terkendala. Apalagi pengelolaan Terminal Tipe A itu ditangani pemerintah pusat. “Terminal ini sekarang sudah menjadi kewenangan pemerintah pusat, bukan lagi daerah. Kalau daerah, kayaknya enggak sanggup untuk membiayai perawatan terminal. Sekarang pegawai dari pemerintah pusat sudah bertugas di terminal,” terang Budi Purnama, salah seorang pegawai Dishub Kabupaten Kuningan. Suryana, salah seorang penumpang bus mengaku kerap naik bus dari Terminal A Kertawangunan sejak dibuka untuk umum. Karena itu dia sangat paham kondisi terminal lantaran saban bulan pulang pergi ke Bandung. “Saya usaha dagang di Bandung sejak tahun 2000 an. Makanya saya paham banget kondisi terminal karena kalau naik bus, pasti dari sini (terminal, red). Seharusnya terminal ini ramai dan semua kendaraan angkutan umum ngetemnya di terminal Kertawangunan, bukan di Cirendang. Yang saya lihat sih banyaknya angkutan umum memilih ngetem di bahu jalan dekat eks terminal Cirendang, mungkin karena lokasinya yang strategis,” tuturnya. Dia menambahkan, Terminal Tipe A hanya ramai kala pemberangkatan dan pemulangan jamaah haji. Hari-hari biasa, hanya diisi bus-bus antar kota terutama jurusan Jakarta dan Bandung. “Sayang lho terminal yang megah dan dibangun dengan dana puluhan miliar malah dibiarkan kosong. Sebagai rakyat kecil yang butuh akses kendaraan umum dari terminal, sebaiknya angkutan umum diwajibkan masuk ke terminal. Yang tidak mau ditilang atau didenda sesuai ketentuan yang berlaku,” tegas dia. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait