Acep Masih Paling Populer, Berpeluang Besar Pimpin Kembali Kuningan

Minggu 05-11-2017,15:15 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

KUNINGAN - Peluang Acep Purnama untuk memimpin kembali Kabupaten Kuningan di periode mendatang, terbuka lebar. Hingga saat ini, nama Acep masih paling populer di tengah masyarakat Kota Kuda dibanding calon lainnya yang juga sudah menyatakan diri bakal maju di Pilkada 2018. Bahkan, jika Pilkada Kabupaten Kuningan dilangsungkan bulan ini, Acep dipastikan akan menang telak dari lawan-lawannya. Kondisi ini tidak terlepas dari tingginya intensitas Acep turun ke masyarakat. Nyaris setiap hari Acep menemui masyarakat yang juga bakal menjadi pemilih di Pilkada 2018 mendatang. Karena namanya sangat populer, di samping disebut-sebut bakal berpasangan dengan Dede Sembada yang kini menjabat wakil bupati, ternyata banyak kandidat lain yang berharap bisa menjadi pendamping Acep di Pilkada 2018. Sebut saja Toto Taufikurohman Kosim, Udin Kusnaedi, Dudy Pamuji, Yosa Octora Santono. Bahkan hingga nama Mamat Robby Suganda. “Nama-nama tersebut masih berpeluang untuk mendampingi Pak Acep di pilkada. Sebab hingga saat ini, DPP PDIP belum mengeluarkan rekomendasi secara resmi bahwa Pak Acep akan berpasangan dengan siapa,” sebut Saepudin, pemerhati politik Kuningan. Menurut dia, perkembangan politik di Kabupaten Kuningan sangat dinamis. Para calon yang sudah mendeklarasikan diri sebagai bakal calon bupati, masih menunggu keputusan resmi dari PDIP, yang memang berhak mengusung satu pasangan calon lantaran memiliki 10 kursi di parlemen daerah. “Ini sangat menarik. PDIP hingga kini belum memutuskan 100 persen siapa pendamping Pak Acep di Pilkada 2018. Meski katanya sudah 99 persen akan berpasangan dengan Dede Sembada, tapi jika rekomendasi belum keluar, masih terbuka peluang bagi kandidat lain untuk dipaketkan dengan Pak Acep. Saya melihat, ending-nya bakal menarik,” papar dia. Hanya saja, dia menyarankan agar PDIP, Acep dan timnya hati-hati dalam menentukan calon pasangan. Sebab, siapa cawabup yang akan mendampinginya sangat berpengaruh dalam perolehan suara di pilkada. Jika salah memilih, tentu akan berdampak terhadap raihan suara. “Para cawabup sangat berperan dalam mendongkrak suara. Artinya, mereka juga ikut menentukan suara pasangannya yakni calon bupati. Seandaianya salah memilih cawabup, tentu berakibat tidak bagus. Jadi, sebaiknya dilihat dulu siapa hasil survei tertinggi para cawabup itu,” saran dia. Saepudin juga melihat jika Pilkada 2018 nanti, pasangan yang akhirnya akan maju tidak lebih dari tiga pasang calon atau paslon. Misalnya, PDIP tetap dengan satu paket yang juga mendapat sokongan dari partai lain. Kemudian koalisi Golkar, Demokrat dan PKB yang akan menjadi pelabuhan bagi beberapa partai peraih kursi di DPRD. “Kelihatannya paling banyak tiga paslon yang akan bersaing. Itu dengan catatan koalisi dan komunikasi antar parpol sudah final. Namun bisa saja akhirnya hanya ada dua paslon di Pilkada 2018,” ungkapnya. Hal ini tidak terlepas dari pengalaman Pilkada 2013. Di mana, sejumlah partai politik akhirnya ikut mengusung calon yang diusung PDIP, yakni pasangan Utama. “Ada partai yang secara tradisi memang memiliki ikatan batin yang kuat dengan PDIP. Dan itu bisa kembali terulang di pilkada mendatang. Tanda-tandanya juga sudah mulai terlihat, meski para ketua parpol selalu membantahnya. Saya kira menjelang akhir bulan ini bakal segera mengerucut nama-nama pasangan tersebut,” duganya. Sebelumnya, Bupati Acep Purnama dalam beberapa kesempatan menegaskan bahwa dirinya akan mengikuti apa yang diinstruksikan PDIP terkait pasangannya. Dengan siapa pun juga dipasangkan, dia tidak masalah. “Saya tidak dalam kapasitas menentukan akan berpasangan dengan siapa. Itu kewenangan partai. Jadi, apapun keputusan partai nanti, tentu akan saya ikuti. Termasuk dengan siapa saya akan berpasangan. Untuk saat ini, saya fokus dalam pekerjaan dulu,” ujarnya. (ags)

Tags :
Kategori :

Terkait