Wow, Baru 3 Hari Operasi Zebra, 135.274 Kendaraan Kena Tilang

Minggu 05-11-2017,22:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

JAKARTA - Kepatuhan masyarakat dalam berlalu lintas masih buruk. Hingga hari ketiga Operasi Zebra 2017 (Jumat, 3 November), jumlah pelanggaran naik signifikan. Kondisi jalan yang kian sesak mendorong pengendara kian ”brutal” di jalanan. Sesuai data Korlantas Polri, hingga hari ketiga Operasi Zebra, terdapat 135.274 tilang dengan 36.194 teguran. Jumlah itu naik dibanding 2016 dengan 101.751 tilang dan 26.358 teguran. Kepala Bagian Operasional (Kabagops) Korlantas Polri Kombespol Benyamin menyatakan, meningkatnya jumlah tilang dan teguran memperlihatkan peningkatan jumlah pelanggaran. Ada banyak faktor yang mengakibatkan hal itu. ”Salah satunya adalah tidak efisiennya traffic light,” katanya kemarin (4/11). ”Pengendara mencari celah untuk bisa lebih melewati lampu merah,” lanjutnya. Benyamin mencontohkan traffic light di perempatan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Di tengah perempatan itu terdapat jembatan. Saat terjadi kemacetan, pengendara dari arah Jalan Panjang akan berupaya berhenti di jembatan, area yang diprediksi aman. ”Lampu belum hijau, tapi saat lampu merah dari arah Patal Senayan, kendaraan yang berada di jembatan melaju. Mereka menunggu kendaraan tidak ada yang lewat. Ini merupakan pelanggaran, tapi efisien,” ungkapnya. Benyamin menjelaskan, kondisi jalan kian sesak. Jumlah kendaraan semakin tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Kondisi itu memaksa pengendara mencari celah agar lebih cepat menembus kemacetan. Kepadatan lalu lintas yang kian parah menjadi pemicu pelanggaran yang kian marak dibenarkan pengamat transportasi Danang Parikesit. Dia mengungkapkan tiga hal utama yang menjadi trigger atau pemicu melonjaknya jumlah pelanggaran. ”Pertama adalah populasi kendaraan yang terus meningkat. Populasi kendaraan yang meningkat akan memengaruhi rasio pelanggaran dan kecelakaan,” jelasnya saat dihubungi tadi malam. Yang kedua, lanjut Danang, adalah infrastruktur jalan yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan penggunanya. Hal tersebut turut memicu pengguna jalan untuk tidak bersabar dan cenderung berani melanggar. ”Semua berkompetisi di jalan yang sama. Saling berusaha mencari celah. Seperti yang kita lihat, sepeda motor sampai naik-naik ke trotoar. Itu kan berarti jalan sudah tidak bisa menampung,” bebernya. Yang terakhir, menurut Danang, rasio pelanggaran yang tinggi berkaitan dengan kebiasaan dan mental pengemudi kendaraan bermotor di Indonesia yang kurang disiplin. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia atau Thailand dan Taiwan, sebut Danang, Indonesia berada di level kedisiplinan mengemudi yang lebih rendah. ”Kalau seperti ini, kepolisian juga harus memperhatikan sisi hulunya. Me-review lagi penerbitan surat izin mengemudi. Apakah aturan dan filternya sudah baik. Karena di negara seperti Malaysia dan Thailand standarnya cukup tinggi,” urai Danang. Dari sudut pandang yang berbeda, Azas Tigor Nainggolan (pengamat transportasi lainnya) menegaskan bahwa pembiaran atau penindakan yang kurang tegas dari polisi menambah buruk potret lalu lintas di Jakarta. Tigor menyebutkan, pengendara kendaraan bermotor cenderung menganggap biasa suatu pelanggaran karena tidak ada penindakan dari aparat. ”Menurut saya, sumbernya adalah pembiaran itu tadi. Coba mereka ditindak secara tegas dan tidak ada bentuk kompromi dengan polisi di lapangan. Intinya, penindakan harus tegas,” tutur Tigor. Tahun Ini Angka Kecelakaan Menurun Meningkatnya jumlah pelanggaran dalam Operasi Zebra juga terjadi di Surabaya. Kasatlantas Polrestabes Surabaya AKBP Adewira Negara Siregar menyatakan, hal itu terjadi karena peningkatan jumlah pengendara di jalanan Kota Pahlawan. ”Pengendara lebih memilih tidak mengindahkan peraturan ketimbang mereka harus telat,” kata Adewira. ”Padahal, itu sangat membahayakan nyawa mereka dan orang lain,” lanjutnya. Namun, di sisi lain, angka kecelakaan di Surabaya justru berkurang. Misalnya pada hari ketiga operasi tersebut berlangsung. Tahun lalu ada dua kejadian kecelakaan. Yang satu berakibat korban menderita luka ringan dan satu lainnya meninggal dunia. Kerugian materi yang diderita menyentuh angka Rp 1,7 juta. Hasil tersebut berbanding terbalik dengan data hari ketiga tahun ini. Kejadian kecelakaannya memang tidak berkurang. Namun, tahun ini tidak ada korban meninggal. Hanya satu luka ringan dan satu luka berat. Kedua korban kemudian bisa diselamatkan. ”Kalau kecelakaan itu karena kami juga memberikan terapi pencegahan,” ucap perwira dengan dua melati di pundak tersebut. Penurunan kecelakaan itu juga terjadi di level nasional. (idr/agf/c9/ang)

Tags :
Kategori :

Terkait