Habiskan Rp 12 Miliar untuk Setting

Minggu 05-09-2010,06:00 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Kisah KH Ahmad Dahlan dalam Layar Lebar JAKARTA - Kembali melihat kisah hidup KH Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah adalah inspiratif. Semangat juangnya dalam melakukan pembaruan dan meyakini yang dianggap benar patut dijadikan contoh. Meski jalan yang ditempuh berlawanan arus, dengan teguh, dia mampu melaluinya. Film tentang kisah pahlawan nasional kelahiran Jogjakarta tersebut mulai ditayangkan di bioskop pada 8 September mendatang. Kisah film yang dibintangi Lukman Sardi, Ihsan Tarore, Zaskia Adya Mecca, Slamet Rajadjo, serta Giring ”Nidji” itu bergulir mulai kelahiran Muhammad Darwis atau KH Ahmad Dahlan hingga berdirinya perkumpulan Muhammadiyah. Pada sejam pertama film berdurasi 109 menit tersebut, penonton akan diajak berlari cepat untuk mengikuti kisah pendiri Muhammadiyah tersebut. Begitu banyaknya kisah, pesan, serta tokoh penting yang ingin diceritakan membuat tempo film ini terasa begitu cepat. Sementara itu, pada sejam berikutnya, cerita yang dihadirkan mulai terasa lebih smooth. Hanung Bramantyo selaku sutradara mengungkapkan harus memadatkan kisah tentang pahlawan nasional itu dalam durasi tertentu. Menurut dia, itu sebuah tantangan tersendiri. “Karena kalau segala sesuatu tentang Ahmad Dahlan diceritakan, durasinya bisa sampai empat jam,” katanya saat jumpa pers di Indochine, FX Plaza, Jumat malam (3/9). Selain dari segi cerita, Hanung juga mendapatkan tantangan menciptakan setting pada 1868-1912. Tak heran kalau sebagian besar dana film yang menghabiskan sekitar Rp12 miliar itu digunakan untuk menciptakan setting. Dari sisi akting, para pemain film tersebut terlihat bisa berperan dengan bagus. Bahkan, Giring serta Ihsan Tarore yang notabene baru pertama main film bisa bermain dengan apik. Sedangkan Lukman Sardi, rasanya, tidak perlu diragukan lagi akting bapak satu anak ini. Meski mengatakan mengalami banyak kesulitan dalam memerankan KH Ahmad Dahlan dalam usia 21 tahun hingga 44 tahun, toh Lukman tetap bisa berakting prima. “Saya kesulitan mencari referensi fisik. Saya cuma punya fotonya ketika dia berusia 50 tahun. Sedangkan saya memerankan dia dari umur 21-44 tahun. Itu kan perlu referensi yang banyak. Tapi, akhirnya saya dan Hanung lebih memfokuskan sosoknya yang orang Jawa, tapi memiliki pemikiran-pemikiran yang hebat,” ungkap Lukman. (jan/c10/tia)

Tags :
Kategori :

Terkait