Syukuran Hasil Panen, Warga Linggasana Gelar Sedekah Bumi

Senin 18-12-2017,13:31 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

KUNINGAN-Mensyukuri nikmat hasil panen yang melimpah, masyarakat Desa Linggasana, Kecamatan Cilimus, menggelar acara tradisi turun temurun sedekah bumi di pemakaman karuhun Eyang Lingga Kusuma, Minggu (17/12). Tradisi sedekah bumi diawali dengan ritual pengambilan cai kahuripan (air kehidupan) yang diambil dari sumber mata air Ki Kuwu yang berlokasi di kaki Gunung Ciremai. Sebanyak sembilan sesepuh desa terpilih ditunjuk sebagai petugas pengambil air keramat tersebut ke kaki Gunung Ciremai dikawal sejumlah pemuda desa yang mengenakan pakaian ala prajurit kerajaan. Uniknya, pengambilan cai kahuripan dilakukan petugas dengan menggunakan wadah bambu yang dibungkus kain putih kemudian digendong layaknya bayi menuju sumber mata air yang jaraknya sekitar 2 kilometer dengan berjalan kakai. Kemudian, sembilan wadah yang sudah berisi cai kahuripan tersebut dibawa kembali ke makam keramat untuk disatukan. Perjalanan pulang petugas pengambil cai kahuripan ini kemudian disambut dua gunungan hasil bumi yang digotong warga ikut mengiringi perjalanan menuju makam keramat Eyang Lingga Kusuma di mana ratusan warga sudah menanti sejak pagi hari. Setibanya di kompleks makam keramat, rombongan pembawa cai kahuripan ini pun disambut pupuhu adat dan kepala Desa Linggasana untuk diserahterimakan. Selanjutnya sembilan air kahuripan tersebut oleh pupuhu adat disatukan dalam satu wadah bersama kembang tujuh rupa sambil dibacakan doa-doa. Kemudian cai kahuripan tersebut dicipratkan ke segala penjuru yang seketika disambut warga berebut air keramat tersebut. Pembagian cai kahuripan ini sekaligus menandakan dimulainya kemeriahan puncak acara tradisi sedekah bumi, yaitu seluruh masyarakat dipersilakan menikmati semua hidangan yang merupakan hasil sumbangan masyarakat setempat. Termasuk gunungan hasil bumi yang berisi buah-buahan, umbi-umbian hingga sayur mayur, menjadi rebutan warga setempat hingga tak bersisa. Sambil menikmati hidangan, warga pun dihibur dengan pagelaran wayang kulit atau wayang Purwa yang sengaja didatangkan dari Cirebon. Menurut Kades Linggasana Heni Rosdiana, kehadiran hiburan wayang kulit ini, sebagai wujud syiar Islam seperti yang dilakukan para wali dahulu. \"Konon, karuhun Linggasana yaitu Eyang Lingga ini merupakan masih ada hubungan dengan Sunang Gunung Jati. Seperti diketahui, salah satu metode syiar Islam yang dilakukan Sunan Gunung Jati adalah melalui pagelaran wayang kulit, dan kali ini kembali kami hadirkan di sini untuk mengajak masyarakat Kuningan khususnya warga Linggasana untuk mengingat kembali jasa para leluhur tersebut,\" kata Heni. Menurut Heni, tradisi sedekah bumi ini merupakan warisan leluhur Desa Linggasana yang sempat hilang karena zaman. Namun kini, atas kesadaran bersama seluruh warga Linggasana kembali menghadirkan tradisi leluhur tersebut yang sangat kental dengan budaya gotong royong dan kebersamaan yang kini mulai luntur sekaligus sebagai daya tarik wisata. \"Tujuannya bukan untuk memuja karuhun, namun sebagai bentuk penghormatan atas jasa pendahulu kita. Sekaligus untuk pelestarian budaya yang banyak memberikan contoh positif dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat,\" kata Heni. Ditambahkan Ketua Paguyuban Tradisi Desa Linggasana Maman Suryaman, tradisi sedekah bumi dan mapag cai kahuripan adalah salah tradisi karuhun yang selalu digelar setiap bulan Mulud. Tujuannya adalah sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hasil bumi yang melimpah sekaligus memohon doa untuk hasil lebih baik di tahun berikutnya dan meminta dijauhkan dari segala marabahaya. \"Seperti tradisi mapag cai kahuripan, bertujuan untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya air dalam kehidupan. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia berkewajiban untuk menjaganya dengan cara tidak merusak alam, tidak menebang pohon dan tidak membuang sampah sembarangan, yang apabila dilanggar bisa berdampak buruk untuk kehidupan seperti kekeringan saat kemarau atau banjir dan longsor saat musim hujan,\" ujar Maman. (fik)

Tags :
Kategori :

Terkait