Petani Bawang Rugi Miliaran, Ongkos Tanam dan Obat-Obatan hingga Ratusan Juta 

Sabtu 03-02-2018,09:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Hancurnya harga bawang merah dan menurunnya produktivitas bawang, membuat petani di Kabupaten Cirebon merana. Bahkan, jika diglobalkan, kerugian yang diderita para petani bawang bisa mencapai angka miliaran rupiah. Petani bawang asal Desa Playangan, Kecamatan Gebang, Iman (32) yang ditemui Radar di lahan garapannya di Desa Tersana, Kecamatan Pabedilan mengatakan, dari dua hektare lahan yang ia garap, paling banyak hanya bisa menghasilkan uang sekitar Rp50 sampai 70 juta. Padahal, jika saat normal, untuk dua hektare lahan bawang paling tidak, bisa menghasilkan uang sekitar Rp400 juta. “Kerugian kali ini cukup besar. Saya saja untuk lahan dua hektare, bisa sampai Rp300-350 juta. Kalau digabung dengan petani yang lain yang luas lahannya lebih besar, mungkin kerugian bisa bermiliar-miliar,” bebernya. Penyebab kerugian tersebut menurut Iman, karena harga bawang yang saat ini sedang hancur. Meskipun harga saat sedang naik di pasar tradisional, namun harga di tingkat petani cenderung stagnan dan tidak ada kenaikan berarti. “Untuk bawang merah super kering itu sekarang dihargai Rp13 ribu. Itu paling topnya. Untuk bawang yang jual dalam kondisi masih basah, itu paling mahal Rp8 ribu, paling murah ya Rp7 ribu,” imbuhnya. Diakuinya, saat ini memang harga bawang merangkak naik, namun tidak begitu signifikan. Sehingga petani bawang di Kabupaten Cirebon hampir dipastikan mengalami kerugian. “Saya yakin semuanya rugi. Harga hancur. Selain itu, produksi juga menurun. Hujan turun sangat jarang, ongkos tanam mahal dan biaya obat-obatan juga luar biasa mahal,” bebernya. Untuk tetap bisa bertahan, para petani termasuk dirinya terpaksa mengajukan pinjaman kredit ke bank dengan agunan sertifikat rumah dan BPKB mobil. Hal itu terpaksa ia lakukan, karena selain untuk menutup kerugian, ia juga membutuhkan modal untuk memulai musim tanam bawang kembali. “Memang kalau bawang merah begitu. Kalau untung ya banyak, kalau rugi ya pasti bunting. Tapi saya tidak kapok, sekarang saya siap tanam kembali. Untuk bibit saya sudah didrop oleh saudagar bawang dari Brebes. Saat ini, untuk bibit bawang perkilo Rp14 ribu, nanti bayarnya saat panen. Kita bayarnya nanti Rp20 ribu,” ungkapnya. Sementara itu, Aktivis Cirebon Timur, Adang Juhandi mengatakan, saat ini petani bawang masih minim perhatian dari pemerintah, baik pusat maupun daerah. Pasalnya, sampai saat ini petani bawang tidak punya jaring pengaman seperti petani padi karena faktor risiko yang terlalu besar. “Kalau saya sih harapannya ada asuransi yang meng-cover para petani bawang. Jadi petani punya jaring pengaman. Kalau sekarang sih pemerintah terkesan cuci tangan. Kalau harga bawang mahal, mereka baru turun ke lapangan minta jangan ada penimbunan dan petani tidak boleh tahan barang.  Tapi kalau harga lagi jatuh, tidak ada yang turun,” ungkapnya. (dri)      

Tags :
Kategori :

Terkait