Cerita Mistis di Balik Keangkeran Tanjakan Emen Subang

Minggu 11-02-2018,23:53 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

SUBANG - Kecelakaan maut di Turunan Cicenang Desa/Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu (10/2) lalu, bukan yang pertama kali. Karena itu, warga menganggap angker jalan yang populer dengan Tanjakan Emen tersebut. Keangkeran Tanjakan Emen dihubungkan dengan cerita mistis. Setidaknya ada tiga versi cerita mistis yang menyebabkan Tanjakan Emen angker. (Baca: Korban Tanjakan Emen Subang Dikubur Masal, Tangis Keluarga Pecah saat Pemakaman) (Baca: Ini Data Korban Luka Bus Maut Tanjakan Emen Subang) Pertama, terkait kecelakaan pada 1969. Saat itu ada bus bernama Bus Bunga. Bus tersebut mogok ketika berada di lokasi, sang kernet yang bernama Emen berusaha mengganjal rodanya. Namun nahas, Emen meninggal karena tertabrak busnya sendiri. Warga sekitar mengaku sering melihat penampakan sosok Emen di tanjakan itu. Versi kedua, Emen adalah korban tabrak lari. Namun, mayat Emen bukannya dievakuasi, tapi malah disembunyikan dalam pepohonan di sekitar tanjakan tersebut. Arwah Emen pun dipercaya menuntut balas. Sementara versi lainnya, Emen adalah sopir oplet Subang-Bandung. Pada 1964, oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar. Emen disebut tewas di lokasi dan semenjak itu semakin sering terjadi kecelakaan di tempat yang sama. Selama ini, pengguna jalan biasanya melempar koin, rokok atau menyalakan klakson saat melintas Tanjakan Emen. Tujuannya, tidak lain sebagai wasilah agar terhindar dari bahaya di Tanjakan Emen. (Baca: Update, Korban Tewas Bus Maut di Tanjakan Emen Subang Jadi 26 Orang) (Baca: Korban Tewas Bus Nahas di Tanjakan Emen Subang Bertambah Jadi 22 Orang) (Baca: Bus Pariwisata Terbalik di Tanjakan Emen Subang, 13 Orang Tewas) Cerita mistis yang berkembang di tengah masyarakat itu dibenarkan Kabid Humas Polda Jawa Barat, AKBP Hari Suprapto. Menurutnya, warga sekitar menyebut lokasi kejadian kecelakaan maut yang menewaskan 27 orang dan 17 orang luka-luka itu dengan tanjakan angker. \"Memang masyarakat menyebutnya itu tanjakan atau turunan angker,\" kata Hari saat dihubungi JawaPos.com (radarcirebon.com group), Sabtu (10/2). Penyebutan tanjakan angker tersebut, kata Hari, karena panjang Tanjakan Emen yang diperkirakan 5 km itu memiliki konstruksi mengerikan. \"Kami bisa membayangkan, 5 km dari Lembang atau Ciater itu masih tinggi. Kalau naik terjal kemudian turunnya tajam,\" ungkap Hari. (ce1/rdw/JPC)

Tags :
Kategori :

Terkait