Anis Matta Sebut Indonesia Alami 2 Krisis

Rabu 25-04-2018,02:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Sebagai negara besar, Indonesia saat ini tengah mengalami dua krisis, yakni narasi dan kepemimpinan. Hal itu dikatakan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) H Muhammad Anis Matta saat mengisi pengajian politik yang dihelat Jam’iyatul Al Washliyah Kabupaten Cirebon di Prima Hotel, akhir pekan kemarin. Akibat dua krisis ini, kata Anis, capaian yang diraih Indonesia tidak sebanding dengan potensi yang dimilikinya. “Itulah maksud dari pernyataan saya bahwa langit terlalu tinggi, sedangkan terbang kita terlalu rendah,” ujar Anis yang disambut riuh tepuk tangan dan teriakan takbir dari audiens. Anis sebagai salah satu capres dari PKS ini meingibaratkan Indonesia sekarang seperti kendaraan ber-CC besar dengan penumpang baik-baik. Tetapi sopir yang membawa mobil tidak mengetahui peta jalan atau arah yang tepat, sehingga masuk ke jalur lambat. Sehingga ke depan, kata Anis, diperlukan sopir yang mempunyai peta jalan dan membawa mobil dari jalur lambat ke jalur yang sesuai dengan CC dan kapasitasnya. “Ke depan kita memerlukan dua hal, yakni arah baru Indonesia dan kedua tentu wajah baru yang membawa kendaraan ber-CC besar ini,” katanya. Anis yang mengulas perjalanan sejarah Indonesia menjadi tiga belombang, menegaskan, setelah gelombang pertama menjadi Indonesia, gelombang kedua mengelola negara bangsa modern. Dan saat ini masuk di gelombang ketiga seharusnya Indonesia naik level menjadi kekuatan utama dunia. “Saya membayangkan, Indonesia di gelombang ketiga ini seharusnya menjadi kekuatan kelima dunia,” ulas Anis. Anis yakin, Indonesia bisa bicara di level dunia karena potensi yang dimiliki sangat besar, salah satunya jumlah penduduk. Anis menyebutkan, dalam 20 tahun terakhir sejak reformasi jumlah penduduk Indoensia bertambah 60 juta. Bisa dua kali lipat jumlah penduduk Malaysia. Dan, 50 tahun mendatang bisa lebih besar dari Timur Tengah saat ini. “Ini bukan negara kecil, tetapi negara yang besar. Seharusnya menyadari maqam kita sebagai negara besar,” tandasnya. Anis mencontohkan, Bung Karno bisa menggalang negara-negara Asia-Afrika dalam konferensi tahun 1955 untuk membangun gerakan melawan imprealisme. Padahal, saat itu Indonesia belum memiliki apa-apa. Dalam kurun waktu tahun 1955 sampai 1965, negara-negara Asia-Afrika itu satu per satu merdeka. “Tinggal satu negara yang saat ini belum penuh merdeka yakni Palestina,” ujarnya. Artinya, lanjut Anis, Bung Karno bisa menggalang kekuatan global menunjukkan Indonesia negara besar di mata dunia. “Di dunia ada singgasana untuk Indonesia, tetapi kita tidak bisa memanfaatkan itu. Kenapa kita tidak bisa duduk di situ karena tidak tahu peta jalan. Sehingga perlu arah baru Indonesia dan tentunya wajah baru,” tandasnya. Pantauan Radar Cirebon, pengajian politik yang dipandu Ketua Al Wasliyah Kabupaten Cirebon KH Ahmad Aidin Tamim dihadiri sejumlah tokoh ormas, pondok pesantren dan ulama di Cirebon itu disambut antusias peserta dengan melontarkan beragam pertanyaan, harapan bahkan dukungan terhadap Anis Matta untuk maju sebagai capres.  Usai acara, sejumlah warga berebut untuk berfoto dengan Anis Matta. (sud)

Tags :
Kategori :

Terkait