Kapolri Tegaskan JAD di Balik Teror, Siapa JAD?

Minggu 13-05-2018,20:42 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

SURABAYA-Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkap teror bom di tiga gereja di Surabaya dilakukan oleh satu keluarga. Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan empat orang anak ini tak lepas dari jaringan JAD-JAT. \"Pertanyaan ini kelompok mana? Tidak lepas dari kelompok JAD JAT yang merupakan pendukung utama ISIS di Indonesia,\" kata Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Surabaya, Minggu (13/5). \"Di Indonesia JAD dipimpin Aman Abdurahman yang ditahan di Mako Brimob, Kemudian kelompok pelaku satu keluarga terkait sel JAD yang ada di Surabaya. Dia ada lah ketuanya Dita ini,\" ungkap Kapolri kemudian. Lalu, Siapa JAD? Satu tahun lalu, Pemerintah Amerika Serikat menyatakan sebuah kelompok ekstremis Indonesia yang terkait ISIS sebagai organisasi teroris. Kelompok tersebut adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Departemen Luar Negeri (Deplu) AS dalam laman resminya, State Department Terrorist Designation of Jamaah Ansharut Daulah JAD merupakan kelompok teroris yang berbasis di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2015 dan terdiri dari hampir dua lusin kelompok-kelompok ekstremis Indonesia yang merupakan pengikuti ISIS. Dalam pernyataannya, Deplu AS menyebutkan, konsekuensi dari penunjukan sebagai kelompok teroris ini termasuk larangan bagi warga negara AS melakukan bisnis dengan JAD, serta membekukan setiap properti terkait JAD di Amerika. Deplu AS juga mengumumkan sanksi-sanksi terhadap empat militan, sebagai upaya memutus akses ISIS ke sistem keuangan internasional. Di antara keempat militan tersebut adalah dua warga negara Indonesia, yakni Bahrumsyah yang diyakini masih bergabung dengan ISIS di Suriah dan diyakini telah memerintahkan serangan-serangan di Indonesia, serta menyalurkan dana ke para militan. WNI lainnya adalah Aman Abdurrahman yang kini dipenjara di LP Nusakambangan, yang dianggap sebagai pemimpin de fakto semua pendukung ISIS di Indonesia. Berdasarkan laporan berjudul “Country Weekly Report of International Centre for Political Violence and Terrorism Research”, jaringan Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang sebelumnya dikenal juga sebagai Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara (JAKDN) ini didirikan pada Maret 2015. Baca: Jamaah Anshar Khilafah Daulah Nusantara Laporan edisi 27 December 2015 – 3 January 2016 yang dipublikasikan oleh S. Rajaratnam School of International Studies itu menyebut jaringan teroris yang didirikan di Indonesia itu terdiri dari anggota-anggota dari kelompok Tim Hisbah, Jemaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Mujahidin Indonesia Timur (MIT), dan Mujahidin Indonesia Barat (MIB). Kelompok JAD disebut-sebut bertujuan untuk mengirimkan para pejuang untuk bergabung ke dalam ISIS. The Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), lembaga pengamat terorisme Asia Tenggara, menganggap JAD bukanlah organisasi yang rapi dengan kekuatan militer dan sumber donasi dari dalam maupun luar negeri, seperti dikesankan pemberitaan media massa. Melalui laporan bertajuk Disunity Among Indonesian ISIS Supporters and the Risk of More Violence IPAC menyebutkan tidak ada bukti struktur organisasi dalam JAD. Nama itu hanyalah istilah generik untuk menyebut para pendukung ISIS di Indonesia. Baca:Disunity Among Indonesian ISIS Supporters and the Risk of More Violence Berikut rangkaian teror di Tanah Air yang menurut polisi melibatkan JAD: 16 Maret 2014 Ribuan orang menyatakan dukungan terhadap ISIS di Bundaran HI. Pendeklarasian tersebut diprakarsai oleh ustadz Syamsudin Uba setelah mendapat izin dari Polres Jakarta Pusat. Aksi tersebut diikuti pula oleh Bachrumsyah - yang kini berada di Suriah - dan M. Fachry, pendiri situs radikal pro-ISIS al-mustaqbal.net yang kini tengah menjalani hukuman di penjara. 20 November 2015 Para pendukung ISIS mengadakan pertemuan di sebuah hotel di Batu. Ada dua versi soal isi pertemuan. Pertama pendeklarasian organisasi (JAD). Kedua, pertemuan tersebut hanyalah untuk menyamakan persepsi soal kekhalifahan Islam. 14 Januari 2016 Beberapa hari setelah Aman mengeluarkan fatwa menyerukan jihad di dalam negeri bagi mereka yang tidak sanggup pergi ke Suriah, empat orang yang diidentifikasi sebagai Ahmad Muhazan, Dian Juni Kurniadi, Afif alias Sunakim, dan Muhamad Ali, menyerang pusat perbelanjaan Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Delapan orang tewas (termasuk keempat pelaku) dan 24 lainnya luka-luka. Keempat pelaku diketahui mengunjungi Aman di Nusakambangan antar Mei dan Oktober 2015 untuk meminta nasehat. 13 November 2016 Seorang yang diduga anggota JAD di Samarinda, Kalimantan Timur melempar bom molotov ke Gereja Oikumene. Pelaku yang bernama Juhanda alias Jo, adalah mantan napi terorisme bom buku yang mengguncang Jakarta pada 2011. 10 Januari 2017 Kementerian Luar Negeri AS (US Department of State) menyatakan JAD sebagai Specially Designated Global Terrorist (SDGT). 27 Februari 2017 Sebuah bom panci berdaya ledak rendah meledak di sebuah lapangan di Cicendo, Bandung. Tidak ada korban jiwa maupun luka dalam insiden tersebut. Namun pelaku, Yayat Cahdiyat, tewas dalam baku tembak dengan aparat kepolisian saat bersembunyi di kantor kelurahan. 23 Maret 2017 Densus 88 menangkap tujuh orang diduga anggota JAD dan menembak mati satu orang - yang teridentifikasi sebagai Nanang Kosim - di wilayah berbeda di Banten dan Jawa Barat. Menurut pihak kepolisian, Nanang diketahui ikut dalam pertemuan di Batu dan berperan sebagai pemasok senjata dari Filipina Selatan, termasuk senjata yang digunakan oleh para pelaku serangan bom Thamrin. 7 April 2017 Tiga terduga teroris Zainal Anshori, Hendis Efendi, dan Hasan ditangkap di dua lokasi terpisah di Lamongan, Jawa Timur. Zainal memiliki koneksi dengan Nanang dan juga berperan sebagai pemasok senjata. 8 April 2017 Densus 88 menembak mati enam terduga anggota JAD di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur. Sebelumnya, keenam terduga teroris tersebut berupaya menembak sebuah pos polisi sebagai aksi balas dendam atas penangkapan rekan mereka di Lamongan. 11 April 2017 Polisi menangkap Muhammad Ibnu Dar yang menyerang Mapolres Banyumas, Jawa Tengah. Pelaku yang menggunakan sepeda motor tiba-tiba masuk ke halaman mapolres dan menabrakkan sepeda motornya ke arah personel kepolisian sebelum menyerang menggunakan pisau. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Polisi menemukan rangkaian bahan peledak saat menggeledah rumah Ibnu dan menduga serangan tersebut merupakan buntut penangkapan anggota JAD sebelumnya. 24 Mei 2017 Dua serangan diduga bom bunuh diri terjadi di terminal bus Kampung Melayu. Serangan pertama terjadi di sebuah toilet dan tidak menimbulkan korban. Tak berselang lama serangan kedua terjadi kala para personil polisi mendatangi lokasi untuk mengamankan. Serangan tersebut terjadi setelah serangan bom di konser Ariana Grande di Manchester, Inggris dan Marawi, Mindanao, Filipina. Kedua pelaku diduga anggota JAD. Lima orang tewas yakni polisi dan pelaku, sementara 11 orang lainnya luka-luka. (wb)

Tags :
Kategori :

Terkait