Presiden Joko Widodo mengharapkan Amerika Serikat mempertahankan fasilitas GSP (Generalized System of Preferences) yang diterima Indonesia.
Hal itu dinyatakan Menlu Retno Marsudi usai pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Menlu AS Mike Pompeo di Istana Merdeka pada Minggu (05/08). Pada bulan April, Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan sedang meninjau kembali kelayakan Indonesia, India dan Kazakhstan terkait fasilitas GSP. GSP adalah keringanan bea masuk ekspor terhadap sembilan produk Indonesia, antara lain kayu lapis, tekstil, dan tembakau. Dengan fasilitas GSP, Indonesia menerima keringanan tarif ekspor hingga sekitar $1,8 miliar (Rp 25 triliun) per tahun. \"Kalau kita lihat dari barang yang ada di GSP, 53 persen adalah terkait dengan produk yang diekspor AS, terkait proses produksi yg diperlukan,\" kata Menlu Retno Marsudi kepada para wartawan. Total ekspor Indonesia selama 2017 mencapai $17,8 miliar (Rp250 triliun) dengan $9,7 miliar (Rp140 miliar) surplus perdagangan. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Menlu Retno Marsudi bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross di Washington pada bulan Juli dan sepakat untuk menaikkan nilai perdagangan tahunan AS-Indonesia menjadi $50 miliar (Rp720 triliun). Pertemuan itu membuka kesempatan Indonesia dikecualikan dari tarif impor baja 25% dan 10% aluminium yang dikenakan Amerika Serikat dalam usaha proteksionisme. Lukita juga mengatakan Pompeo telah menyetujui perlunya meningkatkan hubungan ekonomi dan meningkatkan kemitraan strategis kedua negara.Jokowi Bertemu Menlu AS Mike Pompeo di Istana Negara
Minggu 05-08-2018,16:45 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :