MAJALENGKA-Usaha petani bawang tahun ini tampak lebih lesu dari tahun-tahun sebelumnya. Padahal, hampir setiap tahunnya para petani bawang melakukan ekspansi lahan memanfaatkan area pertanian yang sebagian besar di wilayah utara Majalengka. Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan, lesunya usaha pertanian bawang karena para petani tahun ini tidak ingin berspekulasi dalam menanam bawang, karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Bahkan, faktor politik pun diperhitungkan oleh para petani, karena ini berdampak terhadap perekonomian yang tidak stabil. Keengganan petani bawang asal Brebes menanam bawang ini karena mereka khawatir di tahun politik terjadi impor bawang merah besar-besaran. Padahal, selama ini sejumlah pengusaha Indonesia mengekspor bawang merah ke sejumlah negara seperti Singapura dna Malaysia. Salah satu petani, Sudaryo mengatakan, biasanya setiap tahun pihaknya melakukan ekspansi tanam bawang ke wilayah utara Majalengka dengan menyewa lahan ribuan hektare. Bahkan, di Kecamatan Jatitujuh sendiri yang biasa disewa lahan ratusan hektare untuk tanam bawang kini hanya setengahnya. Alhasil, saat ini lahan para petani di Jatitujuh yang biasanya disewakan kepada petani bawang merah asal Brebes juga menganggur karena petani Brebes tidak mau menanamnya. Di sisi lain para petani lokal hendak dimanfaatkan untuk sawah (padi) pun kondisi pengairannya sudah mulai sulit mendapatkan pasokan. “Ada (yang ditanam) juga sedikit, paling juga kurang setengahnya dari yang kita sewa tahun lalu. Itu juga ada yang warga petani lokal sini yang menanam. Faktornya banyak, jadi harga tidak stabil,” ujarnya. Padahal, biasanya setiap tahun di musim tanam ketiga atau musim gadu ribuan hektare sawah di empat kecamatan di Kabupaten Majalengka seperti Kadipaten, Jatitujuh, Kertajati, dan Ligung disewakan untuk ditanami bawang merah dengan harga sewa mencapai Rp7,5 juta per hektare selama tiga bulan. “Di Kecamatan Jatitujuh saja yang tahun-tahun sebelumnya begitu panen kedua langsung disewa petani bawang asal Brebes kini tidak ada yang datang, ketika bandar dihubungi ke Brebes ternyata mereka menunda tanam alasanya tahun politik, jika maksa tanam mereka takut hancur,” sebutnya. Menurut para petani setempat yang biasa meyewakan lahan, kini bukan hanya areal tanam yang jumlahnya turun, namun juga harga sewa pun jadi turun. Tahun lalu, harga sewa lahan untuk bawang merah sudah mencapai Rp15 ribu per bata atau Rp7,5 juta per hektare untuk waktu tiga bulan, sekarang turun jadi Rp14 ribu per bata. “Sekarang banyak lahan yang nganggur. Biasanya hampir seluruh kawasan pertanian di empat kecamatan ini begitu selesai tanam kedua langsung diganti bawang merah, petani yang tidak tanam sawahnya disewa mahal oleh petani bawang asal Brebes,” tuturnya. (azs)
Khawatir Ada Impor, Petani Bawang Enggan Spekulasi
Minggu 12-08-2018,02:00 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :