Memoar Khrushchev: Taktik Diplomasi Subandrio Demi Merebut Irian Barat

Kamis 16-08-2018,06:09 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Suatu hari, Sukarno mulai membahas keinginannya untuk memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan karena itu hendak menggelar operasi besar-besaran. “Kami pikir, Sukarno melakukan langkah yang tepat dengan memasukkan daerah itu (Irian Barat) ke dalam wilayah Indonesia,” tulis Khrushchev dalam memoarnya. Sengketa panjang dan berlarut-larut dimulai. Sukarno membutuhkan bantuan militer. Uni Soviet kemudian menjual beberapa kapal perusak, kapal selam, kapal torpedo, dan sejumlah kapal yang dipersenjatai misil jelajah (P-15) pada Indonesia. Tak hanya itu, Uni Soviet bahkan menjual kapal jelajah Ordzhonikidze, yang di kemudian hari dinamai KRI Irian 201. Itulah kapal perang Soviet pertama yang dikirim kepada negara asing pasca-Perang Dunia II. Khrushchev juga menyebutkan bahwa kapal-kapal selam yang dikirim ke Indonesia bukanlah model yang sudah kedaluwarsa, melainkan tak lagi diproduksi. Meski begitu, bukan berarti Uni Soviet tak lagi menggunakannya. Mereka masih memperkuat armada laut Uni Soviet. Saat itu, desain dan teknologi kapal selam Uni Soviet terbilang sudah jauh lebih maju. “Kemudian, kami juga menjual banyak pesawat tempur dan beberapa bomber Tu-16, termasuk 15 pesawat yang dilengkapi dengan misil jelajah,” kata Khrushchev.

Tags :
Kategori :

Terkait