Waspada! Kabupaten Cirebon Siaga Kebakaran dan Kekeringan

Rabu 26-09-2018,19:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Wilayah barat Cirebon ternyata menjadi wilayah terparah yang terdampak kekeringan untuk musim kemarau tahun 2018. Tercatat, sudah ada tiga desa yang sudah mendapat pasokan air bersih secara rutin, akibat sudah mulai mengeringnya sumber air bersih di wilayahnya. Ketiga desa di wilayah barat Cirebon tersebut antara lain, Desa Cilukrak di Kecamatan Palimanan, Desa Slangit dan Desa Kreyo di Kecamatan Klangenan. Hal tersebut disampaikan Plh Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon H Eman Sulaeman saat ditemui Radar Cirebon. Dikatakan Eman, saat ini untuk Wilayah Timur Cirebon, baru wilayah Desa Sedong Kidul saja yang meminta bantuan air bersih, sementara desa-desa lainnya mayoritas berada di wilayah barat. “Yang kita suplai air bersih ini merupakan realisasi dari permohonan bantuan air bersih melalui pemerintah desa. Jadi, permohonan tersebut diajukan dan disampaikan ke BPBD. Selanjutnya nanti BPBD berkoordinasi dengan PDAM untuk distribusi air bersihnya,” ujar Eman. Ditegaskan Eman, saat ini status dari Kabupaten Cirebon sendiri sedang siaga kekeringan. Status tersebut sampai dengan 30 Oktober 2018 atau sampai penghujung musim kemarau. “Status kita siaga. Artinya, jika memang ada wilayah yang membutuhkan tinggal sampaikan permohonan untuk distribusi air bersih. Selanjutnya, secepatnya kita akan berkoordinasi dengan PDAM dan dalam waktu segera air akan segera kita kirim ke lokasi,” imbuhnya. Diakui Eman, selain menghadapi ancaman kekeringan dan kurangnya air bersih di musim kemarau, saat ini BPBD juga dihadapkan pada penanganan potensi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi saat musim kemarau. “Kita juga bertanggung jawab dalam penanganan kebakaran lahan yang terjadi. Tentunya dibantu Damkar, Polisi, TNI dan masyarakat,” bebernya. Saat ini, menurutnya, selama musim kemarau terhitung dari bulan Juni sampai September 2018, titik lokasi kebakaran lahan di Kabupaten Cirebon terhitung sekitar 120 kejadian. “120 kejadian itu terjadi di 104 titik, luasan area yang terbakar totalnya sekitar 158 hektare dengan total kerugian sampai Rp500 jutaan. Karena banyak material yang terbakar seperti kayu jati, pinus dan kebun tebu,” ungkapnya. Sementara itu, Ruslani, salah seorang warga Sedong Kidul kepada Radar Cirebon menuturkan, jika saat ini beberapa sumber air baik sumur ataupun lainnya debit airnya sudah mulai menyusut. Sehingga warga kesulitan untuk memperoleh air untuk kebutuhan sehari-hari. “Sumur-sumur sudah mulai menyusut airnya. Jangankan sumur, Setu Sedong-nya pun sudah tinggal sedikit airnya. Ada bantuan seperti ini (distribusi air bersih, red) tentu sangat membantu meringankan warga menghadapi musim kemarau. Harapan saya ini bisa rutin. Minimal seminggu dua atau tiga kali,” pungkasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait