Begini yang Terjadi di Kota Cirebon saat PKI Memberontak

Senin 01-10-2018,10:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

Cirebon terekam sejarah dalam pergerakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dari mulai terjadinya peristiwa pada tahun 1946, hingga pasca terjadinya peristiwa itu. Salah satu pertikaian cukup menghebohkan ketika itu. Terjadi sepanjang tiga hari. Kejadiannya di samping Alun-alun Kejaksan. Bagaimana suasananya? FAJAR belum juga merekah. Sekelompok pasukan berkumpul. Berdatangan dari pos-pos keamanan, di antaranya dari daerah Arjawinangun dan Kesambi. Jumlah pasukan itu ada yang bilang ratusan. Tapi tak bisa spesifik disebutkan kekuatannya. Maming Rasmin (82) salah satu dari barisan yang siap tempur itu. Mereka menyusuri jalanan di sekitar Alun-alun Kejaksan. Ada yang lewat Jl Pancuran. Ada yang menyusup lewat Gang Tanda Barat. Ada yang memutar lewat jalur lain. Tujuan pasukan ini mengepung Hotel Leebrinck. Tepatnya pengepungan yang kedua. Yang pertama gagal. Bahkan ada yang sempat ditawan. Drama setengah tiga hari itu berakhir. Pelakunya dilumpuhkan. Ditangkap. Dijebloskan ke peradilan tentara karena melakukan tindakan makar lokal. Pengepungan ini imbas dari sebuah aksi pemberontakan. Gesekan frontal antara PKI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang kala itu berlabel Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Situasinya mencekam. Pembangkangan dan pemberontakan ini diduga akibat dari disahkannya falsafah negara yakni, Pancasila dan UUD 1945. Yang kemudian memicu gerakan di berbagai daerah. Sebelum terjadi peristiwa pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948, PKI lebih dulu melakukan makar lokal di Cirebon. Kejadiannya 12 Februari 1946. Dua hari sebelum Maming dan kawan-kawannya terjun ke medan laga. Pembentukan Cabang PKI Cirebon sendiri terjadi pada 7 November 1945. Mohamad Joesoef dan Suprapto tampil sebagai pimpinannya. Meskipun demikian Cabang PKI Cirebon ini sebetulnya tidak diakui oleh orang-orang komunis yang berhaluan moderat. Sikap mereka sebaliknya. Menyetujui Pancasila. Mereka juga telah menjadi nasionalis agamis. Bagaimana pemberontakan ini terjadi? Sedemikian kuat kah PKI Mr Joesoef ketika itu? Rupanya tidak. Meski punya basis massa, gerakan makar ini tentu butuh kekuatan lebih. Terutama secara militer. Joesoef pun mendatangkan Laskar Merah PKI yang tiba di Stasiun Kereta Api Cirebon pada 9 Februari 1946. Mereka bersenjata lengkap. Berdatangan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan dalih menghadiri konferensi dengan tidak menimbulkan kecurigaan masyarakat. Data dari situs Sejarah TNI, PKI ketika itu menyebarkan isu. Disebutkan Polisi Tentara telah melucuti anggota Laskar Merah yang baru datang dari Jawa Tengah di Stasiun Cirebon. Polisi Tentara Cirebon waktu itu, Letda D Sudarsono datang ke stasiun untuk menemui seorang bintara jaga. Dia datang untuk memastikan kebenaran isu tersebut. Sesampainya di stasiun, dia disambut dengan tembakan-tembakan. Lalu dikepung oleh pasukan Laskar Merah dan akhirnya ditawan dan dibawa ke Markas Polisi Tentara Kabupaten di Hotel Phoenix. Selanjutnya dalam upaya PKI menguasai pemerintahan, kekuatan bersenjata di Cirebon dilucuti. Tentara ditangkap dan dijadikan tawanan. Sekitar 12 Februari 1946 mereka mulai menguasai Hotel Leebrinck. Lokasinya persis di tengah kota. Di sebelah utara Alun-alun Kejaksan. Yang notabene pusat pemerintahan. Tak jauh dari Karisidenan Cirebon (Pendopo Bupati Cirebon) di Jl Kartini. Hanya selemparan batu dari Balaikota Cirebon di Jl Siliwangi. Hotel ini kemudian dijadikan markas pergerakan. Seluruh kota bisa dibilang dikuasai Laskar Merah. Tindakan-tindakannya semakin brutal. Merampok dan menguasai gedung-gedung vital. Untuk mengatasi aksi-aksi PKI ini, Panglima II/Sunan Gunung Jati Kolonel Zainal Asikin Yudadibrata segera mengambil tindakan. Ia mengirim utusan untuk berunding dengan Mr Joesoef di Hotel Leebrinck. Pihak PKI dalam perundingan ini berjanji akan menyerahkan senjata-senjata hasil rampasan esok harinya. Janji tinggal janji. Tidak ditepati. Karena perundingan gagal Panglima Divisi II meminta bantuan. Pasukan dari Komandan Resimen Cikampek dikirim ke Cirebon. Sedikitnya 600 prajurit Banteng Taruna dipimpin Mayor Banuhadi. Akhirnya tanggal 13 Februari  1946 dilakukan penyerbuan yang pertama oleh pasukan gabungan dari TRI, polisi tentara dan pasukan lain untuk merebut pos-pos pertahanan PKI dan markas pemberontakan di Hotel Leebrinck. Penyerbuan yang pertama ini gagal. Persenjataan di pihak TRI dan kawan-kawannya kurang. Sedangkan senjata musuh lengkap. Baru pada tanggal 14 Februari 1946, dilakukan penyerbuan kedua. Kali ini dipimpin langsung oleh Komandan Resimen Cikampek Kolonel Moefreini Moekmin dan berhasil melumpuhkan lawan. Pasukan Laskar Merah menyerah. Pimpinan pemberontak Mr Mohamad Joesoep dan Mr Suprapto berhasil ditangkap kemudian diajukan ke pangadilan tentara hingga dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Termasuk isu keterlibatan pejabat pemeritahan yang menjadi tokoh PKI. Wilayah cirebon pernah menjadi daerah yang memulai pembentukan PKI Cabang Cirebon, sebelum pecah peristiwa di Madiun 1948. Itu terjadi pada tahun 1946. Berdasarkan catatan dalam Kalender Peristiwa Sejarah TNI mengisahkan, pada tanggal 7 November 1945 lahir Partai Komunis Indonesia (PKI) di Cirebon di bawah pimpinan Mohamad Joesoep dan Suprapto. Memori kejadian itu juga masih terekam dalam ingatan Veteran Pembela Kemerdekaan, Sumitro. Agak terbenam. Ia pun harus mengingat-ingat pa saja yang terjadi di tahun-tahun tersebut. Sumitro kembali menerawang masa mudanya. Seingatnya, pemberontakan PKI di Cirebon tak begitu mencekam seperti di daerah lain. Namun ketika itu muncul kecurigaan-kecurigaan di antara masyarakat. Terutama bagi orang yang terindikasi PKI. “Yang saya ingat saat itu, banyak orang-orang yang terindikasi mereka langsung di pecat dari pekerjaannya. Padahal mereka hanya menerima kalendar dari organisasi PKI atau organisasi buruh saja,” ceritanya. Saat itu, Sumitro bertugas di Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Saat bekerja, dia juga pernah melihat ada satu kereta api yang membawa banyak tahanan PKI. Mereka dibawa dari Jakarta ke arah Nusakambangan. ”Mereka kurus kering. Seperti tidak diberi makan. Itu yang saya ingat,” ujarnya. Menurutnya, PKI menjadi masalah besar saat itu. Ada upaya-upaya untuk melakukan kudeta. Meski bersifat lokal. Namun pegerakan ini cukup jadi ancaman besar. Seiring saling curiga diantara masyarakat. Juga dugaan keterlibatan pejabat di lingkungan pemerintahan. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait