Petani Bawang Merah Kabupaten Cirebon Menjerit di Tengah Ketimpangan Harga

Senin 01-10-2018,18:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Sejumlah petani di Kabupaten Cirebon mengeluhkan anjloknya harga bawang yang terjadi sebulan terakhir. Akibatnya, banyak petani terpaksa menanggung kerugian karena ongkos dan biaya tanam sampai panen, tidak sebanding dengan harga penjualan bawang. Salah seorang petani di Desa Ciledug Lor, Dirja kepada Radar Cirebon mengungkapkan, saat ini harga bawang di tingkat petani bervariasi tergantung kualitas bawang yang dihasilkan para petani. “Untuk satu kilogram bawang dengan kualitas bagus dari jenis Bima saat ini, harganya antara 7 ribu sampai 8 ribu. Harga tersebut jauh dari normal yang berkisar antara 12 ribu sampai 15 ribu perkilogram,” ujar Kusnadi. Harga itu pun untuk bawang yang sudah dikeringkan dan sudah dipotong daunnya. Untuk bawang yang baru saja dipanen oleh bakul, bawang bahkan dihargai 5 ribu perkilogram. “Ini jelas tidak seimbang. Tidak sepadan dengan modal yang kita keluarkan. Kita belum panen saja sudah tahu mau rugi. Meskipun hasilnya bagus, belum lagi jika tanamannya diserang hama, tambah berlipat lagi kerugiannya,” imbuhnya. Untuk satu hektare lahan pertanian bawang paling tidak menurut Kusnadi dibutuhkan biaya dan ongkos tanam sekitar Rp120 juta. Jumlah tersebut sudah termasuk bibit, obat, pupuk dan ongkos tanam serta ongkos penyiapan lahan. “Sekarang satu hektare itu produksinya sekitar 13 ton bawang. Jumlah itu kalau diuangkan sekitar Rp104 juta. Kita jelas mengalami kerugian. Sedangkan yang saya garap saat ini lebih dari 1 hektare, tinggal ditambah saja kerugiannya,” paparnya. Kondisi anjloknya harga bawang menurut Kusnadi, dikarenakan banyaknya bawang yang beredar di pasaran. Saat ini, bawang yang sebelumnya hanya diproduksi di sentra-sentra wilayah produsen bawang seperti Cirebon, Brebes dan Tegal kini mulai ditanam di hampir seluruh wilayah. “Pemerintah pernah mengeluarkan bantuan bibit untuk petani, tapi tidak semua petani dapat bantuan itu. Hanya beberapa saja yang dapat, utamanya yang tergabung dalam kelompok tani. Kalau seperti kita seperti ini tak pernah dapat, ini yang kemudian membuat stok bawang melimpah di pasaran yang membuat harga bawang jatuh,” kilahnya. Sementara itu, petani lainnya Kusnadi mengatakan, kebijkan bantuan bibit tersebut diras akurang tepat dan membuat petani merugi. Ia pun menyarankan pemerintah agar mengganti atau memberikan subsidi untuk keperluan obat dan pupuk untuk bawang ketimbang memberikan bantuan bibit yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir petani saja. “Kalau seperti ini kebijakan pemerintah belum pro ke petani, petani dibuat tidak berdaya dengan harga yang terus anjlok. Mending bantuannya di alokasikan buat mensubsidi harga pupuk dan obat bawang yang begitu mahal,”ungkapnya. Ia pun tidak habis fikir sampai dengan saat ini tidak ada solusi yang diberikan pemerintah terkait harga bawang yang setiap hari terus anjlok. Padahal, pemerintah biasanya bertindak paling depan jika ada harga komoditi hasil pertanian yang naik. “Kalau harga bawang naik langsung impor. Kalau harga beras naik langsung impor, harga gula naik langsung impor untuk menurunkan harga, sekarang kalau harga anjlok pemerintah di mana? Kenapa pemerintah tidak memproteksi petani dengan membelinya untuk cadangan. Jangan hanya dengan alasan untuk kepentingan rakyat, jangan lupa, kita ini juga bagian dari rakyat,” pungkasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait