Industri Kreatif Topang Ekonomi Indonesia

Selasa 02-10-2018,07:12 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

JAKARTA- Kontribusi industri kreatif pada perekonomian kian signifikan. Dalam tiga tahun terakhir, sumbangannya pada produk domestik bruto (PDB) mulai dominan. Pada 2015, sektor tersebut menyumbang Rp 852 triliun. Lalu, pada 2016, sumbangannya mencapai Rp 923 triliun dan bertambah menjadi Rp 990 triliun pada 2017. Tahun ini, industri kreatif diproyeksi tembus hingga Rp 1.000 triliun. Tercatat ada tiga subsektor yang memberikan sumbangsih besar terhadap ekonomi kreatif. Yakni, industri kuliner sebesar 41,69 persen; disusul industri fashion 18,15 persen; dan industri kriya 15,70 persen. Sedangkan subsektor lainnya, seperti industri animasi, saat ini cukup potensial berkembang dengan pertumbuhan di atas 6 persen. “Sektor ekonomi kreatif berpeluang besar menjadi andalan pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kita didukung dengan sumber daya manusia yang kreatif dan beragamnya kearifan budaya lokal,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih, kemarin (30/9). Dalam upaya pengembangan industri kreatif nasional, Kemenperin memiliki tugas untuk fokus membina subsektor kriya, fashion, film, animasi dan video, serta aplikasi dan pengembangan permainan. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) juga optimistis industri kreatif mampu meningkatkan kontribusinya tahun ini. Kepala Bekraf Triawan Munaf mengungkapkan, kontribusi industri kreatif Indonesia terhadap PDB mengalami kenaikan sebesar Rp 70 triliun per tahun. Lebih detail, Triawan menjelaskan, sumbangan PDB dari industri kreatif pada 2017 didominasi subsektor kuliner sebesar Rp 382 triliun, fashion Rp 166 triliun, dan kriya Rp 142 triliun. “Rata-rata pertumbuhan tiga subsektor itu lebih dari 9 persen. Lebih tinggi daripada pertumbuhan PDB nasional,” ujarnya. Pihaknya optimistis sumbangan industri kreatif terhadap PDB tahun ini dapat menembus lebih dari Rp 1.000 triliun. Hal itu seiring dengan perbaikan struktur ekonomi domestik. Meski begitu, beberapa tantangan yang dihadapi ekonomi kreatif Indonesia adalah kohesi sosial, regulasi, pemasaran, ekosistem, dan pembiayaan industri kreatif. Selain itu, para pelaku industri kreatif belum memiliki akses yang luas ke pasar internasional. Keterbatasan akses tersebut disebabkan volume produksi yang belum mencapai batas minimum ketentuan ekspor. Keterampilan SDM yang kurang mumpuni juga menjadi kendala untuk bersaing di pasar domestik.  Pengembangan produk kreatif juga masih terbatas pada hal yang umumnya sudah beredar di pasar. ”Belum memiliki divisi khusus riset dan pengembangan. Belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga masih diproduksi secara tradisional,” pungkasnya. (agf/c17/oki)

Tags :
Kategori :

Terkait