Menusuk Rindu

Rabu 03-10-2018,05:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Tidak terhitung Entah sudah berapa kali Saya ke Palu Di masa lalu   Tak terhitung Berapa banyak ikan lautnya yang sudah kulahap Berapa cobek sambalnya yang kulumat Berapa botol bawang merah gorengnya yang kubawa pulang   Palu Tempatku merintis koran Tempatku mendidik wartawan Tempatku menikmati makanan   Pernah saya ke Palu Hanya satu jam di sana Hanya karena kangen ikannya Dan sambalnya   Tak pernah hilang dari ingatan Sebuah restoran Tidak bisa tutup sebelum tengah malam Karena pesawat saya terlambat tiba   Sang suami menunggu di teras Seorang keturunan Arab Sang istri tetap di dapur membuat sambal baru Seorang wanita keturunan Tionghoa Yang tidak bisa bahasa Mandarin melainkan Hokkian   Saya lihat putri-putrinya Setengah Arab Setengah Tionghoa   Palu... Kesegaran ikannya Kelegitan sambalnya Masih menempel di lidahku Sampai belasan tahun kemudian Sampai sekarang   Palu... Kutitikkan air mataku Kuremaskan genggam tanganku Marah Geram Tak berdaya Menyaksikan rakyat sengsara   Tidak cukup listrik di sana Di tahun 2009 itu Kulanggar hukum Kutabrak peraturan Demi listrik di sana Yang mati tiga kali sehari Kadang seminggu mati abadi...   Palu-Kebunkopi, Palu-Parigi, Palu-Tentena, Palu-Donggala, Adalah rute-ruteku Kala itu   Rute yang menantang Rute yang ngeri-ngeri sedap itu   Palu... Telukmu Nyiur melambaimu Al-Khairatmu Gerejamu Kelentengmu Semua lekuk-lekukmu Begitu abadinya di ingatanku   Palu... Lama saya tidak ke sana Sejak saya sendiri terkena bencana.   Palu... Tiba-tiba namamu menusuk jantungku Pilu Gempa dan tsunami itu Jumat senja akhir September lalu Meluluhlantakkan bumimu   Palu Membuatku pilu Palu Membangkitkan rinduku padamu   Dahlan Iskan

Tags :
Kategori :

Terkait