Puncak Kemarau, Kekeringan di Kabupaten Cirebon Meluas

Kamis 04-10-2018,03:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Kekeringan di Kabupaten Cirebon terus meluas. Beberapa daerah saat ini mulai kekurangan air dan bakal berdampak pada lahan pertanian. Seperti yang terjadi di Desa Karangwuni, Kecamatan Sedong. Rabu (3/10), BPBD Kabupaten Cirebon mendistribusikan dua truk tangki air bersih ke Desa Karangwuni untuk memenuhi kebutuhan warga sekitar. Kadus Karangwuni, Edi kepada Radar Cirebon mengatakan, saat ini kondisi kekeringan di Karangwuni cukup parah. Bahkan, kondisi tersebut nyaris terjadi di hampir seluruh wilayah desa setempat. “Setidaknya ada sekitar 1.500 KK yang terdampak kekeringan di Karangwuni, saat ini kekeringan hampir merata, warga kita kesulitan untuk akses air bersih terlebih kondisi air Setu Sedong juga sudah menyusut drastis,” bebernya. BPBD menurut Edi mendistribusikan air bersih ke dua dusun di Desa Karangwuni. Kekeringan yang terjadi saat ini pun diklaim Edi lebih parah dari kekeringan musim-musim kemarau sebelumnya. “Mayoritas sumur warga sudah kering, sudah tidak bisa dimanfaatkan airnya untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK-red), kalau untuk mandi atau mencuci tidak cukup,” ungkapnya. Dari pantuan Radar Cirebon, selain mengancam produktivitas pertanian, kekeringan yang terjadi di Cirebon saat ini juga membuat sejumlah tanaman yang baru saja ditanam di jalur pantura mengering. Terpisah, Forecastre BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn menyatakan, beberapa hari terakhir, suhu dan cuaca di Cirebon begitu panas dan kering. Ini disebabkan puncak musim kemarau. Terlebih saat ini posisi matahari mendekati pulau Jawa. Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada intensitas penyinaran matahari dan suhu udara. Menurut dia, saat ini suhu udara saat siang hari mencapai 37 derajat celcius. Suhu tersebut pada 11 Oktober 2018 nanti dimana posisi matahari akan berada di atas Jawa Barat. “Suhu maksimumnya diprediksi bisa mencapai 38 derajat celcius, saat posisi matahari berada tepat di atas Jawa Barat, ini bukan hal baru, melainkan sudah siklus tahunan,” ujarnya. Dijelaskan Ahmad, masyarakat tidak perlu khawatir saat kondisi ini terjadi, aktivitas pun masih tetap bisa dilakukan dengan normal. Namun dengan syarat harus menjaga kondisi tubuh terutama saat siang hari. “Mungkin dampak lainnya adalah di sektor pertanian, terutama padi karena jika kondisi air didalam tanah kurang sedangkan laju fotosintesis lebih besar karena penyinaran matahari yang besar sehingga mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman tersebut,” imbuhnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait