Hasil Survei 63 Persen Mahasiswa Merasa Salah Jurusan

Selasa 23-10-2018,16:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Sebagian besar mahasiswa, saat ini baru memulai perkuliahan. Sebagian lagi menuntaskan proses kelulusan. Rupanya, mayoritas dari mereka mengalami apa yang disebut salah jurusan. Terpaksa menempuh studi. Sampai akhirnya menerima kenyataan dan menjalani pilihan itu. Apa sebabnya? Banyak yang merasa salah jurusan. Terutama mahasiswa di tingkat awal. Padahal di fase ini, mereka baru berhadapan dengan mata kuliah dasar umum (MKDU). Fina Listiani, salah satunya. Ia terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu Peternakan. Di awal semester sempat merasakan hal demikian. Karena sebetulnya ia ingin memilih jurusan yang berhubungan dengan hutan atau fakultas kehutanan. Sayang, di Cirebon tak ada jurusan ini. \"Dulu mikir kok  kayanya saya salah jurusan ya. Pikiran ini muncul pas lagi sibuk-sibuknya kuliah,\" ujar Fina. Meski begitu ia tetap bersyukur dapat menjadi bagi jurusan yang saat itu ia ambil. Proses adaptasi ia lalui. Mengingat ia masuk di kampus yang selama ini diincarnya. Lantas, kenapa bisa masuk ke jurusan yang sebetulnya tidak diminati? Fina mengaku, tak lolos seleksi. Salah strategi ketika ikut ujian saringan masuk (USM). Beruntung, ia masih diterima di kampus yang sama. Tetapi di jurusn peternakan. “Sekarang disyukuri saja. Setelah dijalani nggak ada masalah,” tuturnya. Reza Aminudin punya cerita lain. Mahasiswa teknik sipil itu baru merasa salah jurusan di semester tujuh. Di akhir masa perkuliahan. Rupanya, ia baru sadar kalau passion-nya adalah jurusan teknik mesin. “Sama-sama teknik. Tapi sebetulnya lebih minat ke teknik mesin, bukan sipil,” katanya. Minat ke studi teknik mesin ini sebetulnya sudah lama muncul. Bahkan sejak masa berseragam putih abu-abu. Sayangnya, ia gagal seleksi di universitas negeri. Ia pun memilih kuliah di kampung halaman. Meski di wilayah Cirebon tak ada jurusan teknik mesin. “Waktu itu mikirnya yang penting masuk teknik. Kebetulan di Cirebon adanya teknik sipil. Ya dijalani,” tukasnya. Begitu juga Fariza. Mahasiswa keguruan ekonomi itu juga merasa salah memilih jurusan. Selama ini ia punya kecenderungan untuk kuliah di jurusan administrasi. Namun karena pilihan orang tua, ia terpaksa mengikuti. Alasannya memilih jurusan yang saat ini digelutinya karena keguruan ekonomi setidaknya juga belajar administrasi meski hanya secuil. \"Sejujurnya lebih prefer ke administrasi sama accounting gitu. Tapi karena recommend dari ayah, mau nggak mau harus ikut aja,\" ungkapnya. Latar belakang salah memilih jurusan ini menjadi gambaran survei yang dilakukan Tim Metropolis Radar Cirebon. Dengan melibatkan 100 responden. Survei dilakukan kepada mahasiswa aktif dari wilayah III Cirebon. Dengan proporsi sama antara tingkat pertama sampai akhir. Hasilnya, 63 persen mahasiswa merasa salah memilih jurusan. Hanya 37 persen merasa sudah tepat di studi yang ditempuh. Mengenai faktor penyebabnya, paling dominan adalah rekomendasi orang tua atau 30 persen. Faktor lain, karena memang jurusan tidak ada di wilayah III Cirebon 30 persen dan tidak lolos seleksi di jurusan yang diinginkan 22 persen. Memilih jurusan di perguruan tinggi, idealnya sesuai dengan minat dan kemampuan. Seringkali didahului dengan tes psikologi dan potensi diri yang lumrah dilakukan di penghujung kelas tiga SMA. Namun ada faktor lain yang melatarbelakangi pilihan studi ini. Seperti pilihan orang tua, tak adanya jurusan yang diingkan di kota sendiri, hingga tak lulus seleksi di jurusan yang diinginkan. Psikolog Rini S Minarso SE SPsi MPsi mengatakan, kesalahan ambil jurusan biasa terjadi pada remaja. Faktor dari dalam diri, bisa dikarenakan minat atau ketertarikan mereka dalam bidang pekerjaan atau bidang pendidikan yang berubah-ubah. \"Minat hari ini dengan beberapa bulan lagi bisa beda. Jadi dari faktor diri sendiri, itu yang membuat mereka merasa salah jurusan,\" tuturnya. Dampaknya, mahasiswa yang salah ambil jurusan, bisa saja terhambat dalam waktu penyelesaian studi. Bahkan ekstremnya gagal dalam penyelesaian studi. Hal ini dapat terjadi klarena biasanya tidak ada keselarasan antara kemampuan atau potensi dan minat mahasiswa. \"Karena pada dasarnya minat itu memang selalu berubah-ubah,\" jelasnya. Tapi, ceritanya bisa lain ketika menemukan solusi. Atau masa adaptasinya dapat dilalui. Ia menyarankan bagi yang sudah terlanjur berada pada salah jurusan, sebaiknya selesaikan jurusan yang sudah dijalani dengan cepat. Lalu bila memungkinkan mengambil jurusan sesuai minat setelah pendidikan diselesaikan. \"Atau keluar dari pendidikan yang salah tadi, lalu melanjutkan pendidikan sesuai minat,\" tukasnya. (myg/apr)

Tags :
Kategori :

Terkait