Rintis Sentra Bandeng Presto, Perputaran Uang Capai Rp500 Juta/Bulan

Sabtu 15-12-2018,21:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Sejumlah desa di wilayah pesisir Kabupaten Cirebon punya keunikan dan ciri khas. Baik dari sisi sosial budaya maupun kegiatan ekonominya. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri. Desa-desa tersebut memang mayoritas bergantung pada keberadaan laut. Luas total lahan tambak di Desa Pengarengan, Kecamatan Pangenan lebih dari 200 hektare. Jika saat musim kemarau, lahan tambak tersebut digunakan untuk membuat garam. Namun, pada musim hujan seperti saat ini, otomatis lahan-lahan tersebut berubah menjadi lahan tambak udang dan ikan. Untuk udang, mayoritas warga setempat menanam udang vaname, dan untuk ikan warga sekitar menanam ikan bandeng. Namun, bukan budidaya bandeng atau udang yang menjadi unggulan di wilayah ini. Sejak sekitar 10 tahun lalu, desa ini berubah menjadi sentra atau wilayah pengolah ikan bandeng untuk konsumsi. Namanya Bandeng Presto. Saat ini, kurang lebih ada 20 pengusaha kecil yang bergelut di bisnis ini. Semuanya memanfaatkan ikan-ikan dari tambak setempat, maupun membeli dari petani ikan di sekitar wilayah Pangenan. “Jadi, sudah terintegrasi sebenarnya. Tambaknya di sini, pengolahannya pun di sini. Dan dijual oleh masyarakat sini ke desa-desa tetangga dan ke pasar-pasar tradisional. Ini sudah onfarm. Dari mulai budidaya pengolahan sampai pemasaran dikelola secara mandiri,” ujar Kuwu Desa Pengarengan Suwanda kepada Radar Cirebon. Dari 20 pengusaha kecil tersebut, paling tidak setiap harinya mereka masing-masing membutuhkan ikan bandeng untuk olahan sebanyak 20 kilogram. Sehingga, untuk setiap bulannya jika diglobal paling tidak membutuhkan 12 ribu kilogram atau 12 ton ikan bandeng. “Tentu untuk pasokan sebanyak itu, tidak mungkin mengandalkan wilayah sini saja. Kita tetap ambil dari luar. Ambil dari desa tetangga yang banyak terdapat sentra-sentra tambak ikan bandeng,” imbuhnya. Omset dari bisnis ini pun cukup menggiurkan. Dengan modal ikan bandeng sekitar 23 ribu perkilogram. Para pengusaha bisa menjual ikan tersebut sampai dengan harga 43 ribu perkilogram. Jika ditotal, paling tidak untuk omset kotor perbulan sentra usaha ini perputaran uangnya sampai Rp500 juta. “Saat ini mungkin yang harus didorong adalah bagaimana usaha kecil ini bisa terdaftar dan resmi. Sehingga ke depan, tinggal bagaimana menaikan kualitas produknya saja,” ungkap Suwanda. Sementara itu, salah satu pengusaha bandeng presto, Jarsa kepada Radar Cirebon mengatakan, setiap hari cukup berkeliling dari pasar ke pasar dan dari pemukiman ke pemukiman. Karena saat ini sudah mempunyai pelanggan, dia tidak terlalu sulit untuk menjual bandeng presto. Bahkan, para pengusaha butuh modal untuk melakukan pengembangan usaha tersebut. “Kita butuh modal, karena untuk mengembangkan usaha ini butuh modal yang tidak sedikit. Kita ingin pemasaran kita diperluas. Tidak hanya ke pasar tradisional, tapi masuk ke pasar modern. Kita ingin produk kita jadi oleh-oleh khas Cirebon juga,” pungkasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait