KESAMBI- Pengembangan Pasar Balong atau Balong Indah Plaza (BIP) harus melibatkan pihak ketiga atau investor. Hal itu dikatakan Ketua Komisi B DPRD Kota Cirebon, Ahmad Azrul Zuniarto SSi Apt Mfarm. Menurut Azrul, keberadaan BIP memang harus dievaluasi dan dikaji kembali. Karena, kata dia, dengan tidak dipakainya oleh penyewa beberapa tahun ke belakang, maka potensi pasar menjadi turun.
“Kami lebih setuju tetap dengan pihak ketiga, tetapi juga perjanjiannya harus detail dan dengan konsep yang saling menguntungkan. Sehingga pada penerapannya nanti juga akan memberikan manfaat,” bebernya, kemarin.
Yang terpenting, sambung dia, ada pengkajian yang matang, sehingga konsep yang dibuat nanti lebih baik. Azrul menilai, BIP akan menjadi lebih baik bila ke depan difokuskan menjadi pusat garmen, khususnya batik. “Jadi harus ada kajian, dan sangat memungkinkan menjadi pusat batik Cirebon,” tukas politisi PKS ini.
Anggota Komisi B DPRD Kota Cirebon Soenarko Kasidin SH juga menyetujui bila BIP difungsikan sebagai pusat garmen. Pasalnya, kata dia, saat dikelola Matahari Dept Store, tetap menjadi sentra garmen. Terlebih di lantai 1, mayoritas pedagang tradisional pun menjual pakaian. Sehingga, konsep pusat garmen, dirasa pira yang akrab disapa Abah Ako ini cocok untuk Pasar Balong.
“Saya sangat setuju kalau nanti menjadi pusat garmen. Yang penting konsepnya dan juga investor atau pihak pengelolanya juga jelas. Sehingga nanti keberadaannya bisa memberikan kontribusi yang positif untuk Kota Cirebon,” tukasnya.
Abah Ako juga mengatakan, PD Pasar dalam hal ini juga harus memperhatikan pedagang yang ada saat ini. Harus ada pertimbangan, untuk para pedagang lama yang sudah lama berjualan di Pasar Balong. “Jangan ada penggusuran atau penghapusan pedagang tradisional yang berada di lantai satu. Pedagang tradisional itu juga harus dipikirkan nasibnya,” tegasnya. (kmg)