JAKARTA-Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) tegas menolak adanya impor beras di tahun 2019. Ini didasarkan dengan stok yang mencukupi. Dalam posisi ini tidak pemerintah diminta untuk tidak izin impor beras. \"Impor? Kenapa impor? Stok ada, berasnya banyak. Masa harus dipaksa-paksakan. Insya Allah tercukupi,\" tegas Kepala Bulog Komjen (Purn) Budi Waseso di Istana Negara, Jakarta, Kamis (27/12). Ia mencontohkan, untuk akhir tahun saja stok beras di gudang masih berlimpah. Data bulog ada cadangan sebanyak 2,2 juta ton. Artinya, sudah jauh lebih besar dari standar CBP (Cadangan Beras Pemerintah) sebesar 1,5 juta ton, paparnya. Mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu, menambahkan stok sebesar itu, belum termasuk yang ada di pasaran. \"Ini aman. Stok beras nasional aman. Apalagi, mulai bulan Januari panen. Dan intensitasnya akan terus membesar hingga panen raya di bulan Maret sampai Aprilnya,\" terangnya. Ditambahkan, jika angka penyerapan pasar terhadap stok bulog masih dikisaran 3-4 ribu ton per hari, Buwas memprediksi cadangan di gudangnya pada Maret nanti masih di atas 1 juta ton. Nah, dengan adanya panen raya dan penyerapan beras petani, dia menyebut cadangan bulog bisa sampai 3 juta ton di pertengahan tahun dengan. \"Maka Bulog menjamin stabilitas harga bisa dilakukan,\" tandasnya. Sehingga, lanjuty dia pemerintah tidak perlu mengeluarkan izin impor. Dia sendiri mengaku belum mengkomunikasikan hal itu. Namun dalam rapat koordinasi terbatas beberapa hari lalu, belum ada wacana impor.\"Belum ada perintah apa pun. Hanya kita memprediksi kemungkinan cuaca, kelangkaan. Tapi yakinlah, kalau dengan progres kita ya tidak perlu impor,\" tuturnya. Pada tahun ini sendiri, pemerintah mengeluarkan izin impor sebanyak tiga kali kepada bulog. Totalnya mencapai 2 juta ton. Saat Bulog berganti kepemimpinan, Dirut Bulog Budi Waseso mengkritik kebijakan tersebut. Pasalnya, kedatangan beras impor membuat gudang bulog membludak. Karena hal itu, Buwas sempat bersitegang dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Sementara penjual beras di Pasar Induk Cipinang disebut tak bisa menghindari kenaikan harga beras lokal di tingkat eceran. Sebab, bahan baku beras dari pabrik di daerah saat ini kian menipis. \"Sudah masuk musim paceklik panen, stok panen beras di daerah tinggal sedikit, paling hanya lima persen lagi,\"ucap pengelola toko beras Idolaku, Hariyanto, di Pasar Induk Cipinang. Menipisnya pasokan beras dari lumbung padi nasional seperti wilayah Karawang, Indramayu, Demak maupun Sragen memicu kenaikan harga dibandingkan dengan ketika hari normal. Pria yang akrab disapa Anto ini mengaku masih menjual beras di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah yang dipatok Rp12.800 per kg untuk jenis premium hingga saat ini. \"Kalau jenis IR 64 beras panjang premium sekarang dijual masih di bawah HET dari Rp11 ribu per kg sampai Rp11.200 per kg, paling mahal ada sampai dijual Rp11.500 per kg,\" terangnya. Harga tersebut bakal terus naik dengan rentang kenaikan rata-rata Rp300-Rp500 per kg saat kondisi pasokan beras belum normal. Anto menuturkan beberapa jenis beras lokal khusus bahkan harganya bisa mencapai di atas HET. \"Kalau Pandan Wangi, itu beras khusus yang tidak pakai HET dan harganya tidak terbatas,\" ungkapnya. Meski demikian, Anto menambahkan, masyakarat tak perlu khawatir dengan persediaan beras. Gudang beras dengan muatan 300 ton yang dikelolanya bakal terisi setiap saat. Ia memastikan beras medium bakal tetap ada lantaran telah ditunjuk Perum Bulog dalam operasi pasar. Beras yang asal pembelian dari mekanisme impor itu pun dijual rata dengan HET Rp8.500 per kg. \"Harga beras itu bisa turun pada saat panen yang biasanya di akhir Februari sampai Maret. Kalau harga yang tidak naik itu beras dari operasi pasar di sini dengan HET Rp8500 per kg,\" terangnya. (fin/ful)
Perum Bulog Sebut Stok Beras Nasional Melimpah
Jumat 28-12-2018,22:30 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :