Dalam Shawshank Redemption, ada sebuah fragmen menggugah mengenai Brooks Hatlen (diperankan oleh James Whitmore), salah satu narapidana yang digambarkan tewas bunuh diri justru setelah bebas dari masa hukuman. Brooks adalah sosok napi tua yang sudah 50 lebih hidup di dalam penjara dan berharap sampai meninggal di sana. Demi dapat bertahan terus di penjara, Brooks bahkan sempat mencoba membunuh seorang rekannya, Heywood, sebelum digagalkan oleh yang lain. Di hari kebebasannya, Brooks dengan berat hati berpamitan dengan yang lain. Tak lupa, ia juga turut membebaskan seekor burung gagak hitam peliharaannya yang ia beri nama Jake. 50 tahun hidup di dalam penjara dan bebas ketika usia telah uzur, kehidupan luar adalah neraka bagi Brooks yang sebatang kara. Ia digambarkan sebagai kakek tua yang linglung menghadapi zaman yang begitu bergegas. Mobil-mobil berseliweran di jalan raya. Papan iklan bertebaran di mana-mana. Ketika nyaris ditabrak oleh mobil yang dikendarai seorang pemuda, Brooks mematung ketakutan karena justru ia yang kena maki lantaran dianggap tidak becus menyeberang. Pemerintah memberikan Brooks tempat tinggal berupa sepetak kamar di rumah singgah bernama “The Brewer” dan pekerjaan di sebuah supermarket, “Foodway”. Tugas Brooks adalah memasukkan barang belanjaan konsumen ke dalam kantong kertas yang telah tersedia. Namun, dengan usia uzur dan tangan yang sudah menderita reumatik, Brooks tak bisa mengerjakan tugas itu dengan cepat. Manajer di supermarket itu pun kerap kali mendampratnya. Brooks teralineasi dalam kebebasannya sendiri di dunia luar penjara dan terus dicekam ketakutan. Ia bukan dan tidak akan pernah menjadi siapa-siapa. Padahal, di penjara ia adalah seorang terpandang yang dihormati banyak tahanan lain. Kepalang letih dengan keadaan demikian, maka Brooks, 72 tahun, memutuskan pergi dari dunia selamanya. Sebelumnya, ia juga sempat menuliskan surat untuk rekan-rekannya di penjara. Ketika surat itu akhirnya sampai ke penjara tempat ia ditahan dulu, salah seorang rekannya bernama Red (diperankan oleh Morgan Freeman), mengatakan kepada yang lain bahwa Brooks telah “terinstitusionalisasi” oleh kehidupan di penjara. “Tembok ini aneh. Pertama kau akan membencinya. Lalu terbiasa dengannya. Seiring berjalannya waktu, kau akan ketergantungan dengannya. Itulah terinstitusionalisasi,” ucap Red, lirih. Betapapun keras dan pedihnya situasi di dalam penjara, Brooks menganggap tempat tersebut adalah sekolah sekaligus rumah terbaik untuk mengenal (arti) kehidupan yang sesungguhnya. Hal itu pula yang dikatakan Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok dalam surat bertuliskan tangannya yang sempat diunggah akun Twitter @basuki_btp pada Kamis (17/1/2019). Dalam surat tersebut, mantan terdakwa kasus penistaan agama itu menyampaikan hal-hal penting, baik untuk pendukungnya dan juga orang yang membenci dirinya. Selain berterima kasih atas dukungannya selama ini, dalam surat tersebut Ahok juga meminta maaf kepada para lawan politiknya dulu. Ia juga menyatakan agar tidak kembali dipanggil Ahok. Pria kelahiran 29 Juni 1966 itu juga bersyukur karena tidak lagi terpilih menjadi gubernur. \"Saya bersyukur diizinkan tidak terpilih di Pilkada DKI Jakarta 2017, jika saya terpilih lagi di pilkada tersebut, saya hanyalah seorang laki-laki yang menguasai balai kota saja, tetapi saya di sini belajar menguasai diri seumur hidup saya,\" tulis Ahok. Terlebih kata dia, menang dalam pilkada hanya dapat menguasai balai kota selama lima tahun. Untuk itulah, jika waktu dapat diputar kembali, Ahok mengaku akan tetap memilih di penjara di Mako Brimob. \"Saya katakan akan memilih ditahan di Mako [Brimob] untuk belajar dua tahun (liburan remisi 3,5 bulan) untuk bisa menguasai hidupku.”. Hari ini, 24 Januari 2019, Ahok resmi bebas dari rumah tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat setelah menjalani hukuman dua tahun dikurangi remisi 3,5 bulan terkait kasus penistaan agama. Banyak orang penasaran apa yang akan dilakukan mantan Gubernur DKI tersebut setelah keluar dari penjara. Sejauh ini, selain gosip ia akan menikah pada 15 Februari 2019 mendatang, Ahok berulang kali mengatakan tidak akan kembali terjun ke dunia politik dan akan memilih berbisnis seperti dulu. Kendati demikian, ada rumor santer yang menyebut Ahok akan masuk PDI Perjuangan, seperti sempat disampaikan Ketua DPP PDI, Djarot Saiful Hidayat. Dalam lanskap politik Amerika Serikat, yang kerap menjadi acuan bagi banyak negara lain, termasuk Indonesia, terdapat pula beberapa politikus yang pernah masuk bui. Sebagian dari mereka memutuskan untuk tak lagi turun ke gelanggang politik usai keluar dari bui. Namun, ada pula yang tetap di jalur politik dan bahkan mengalami nasib yang lebih baik setelah dari penjara. Pada masa Skandal Watergate terkuak, adalah nama yang disebut-sebut sebagai salah satu dalangnya: George Gordon Battle Liddy. Mantan agen FBI dan asisten jaksa wilayah ini dipercaya penasehat Gedung Putih, John Dean, untuk bekerja di bawah John Mitchell dan Jed Magruder, di Komite Pencalonan Kembali Presiden (Commitee to Re-elect the President) atau CREEP. Semacam badan khusus bentukan Nixon untuk suksesinya di periode berikut. Di CREEP, Liddy berposisi sebagai Penasehat Umum. Namun, secara teknis, dia bertugas mengumpulkan intelijen politik. Pada 27 Januari 1972, Liddy menguraikan rencana ”Operation Gemstone” kepada rekan-rekannya yang lain. Operasi ini berupa kampanye sabotase, pemerasan, penculikan, pencurian, serta penyadapan, dengan total nilai mencapai USD 1 juta. Dari sinilah benih-benih Skandal Watergate mulai muncul. Karena operasi intelijen politik yang dilakukannya, Liddy sempat dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, meski akhirnya hanya menjalani hukuman kurang dari lima tahun. Selepas dari hukuman, Liddy tak lagi terjun ke dunia politik. Ia mencoba berbagai peruntungan di sektor lain: menjadi aktor, mendirikan perusahaan penyedia jasa keamanan (yang kemudian bangkrut), penyiar radio, hingga penulis novel dan buku-buku nonfiksi (salah satunya adalah Liddy Style yang ditulis tahun 2006 bersama anaknya) Karier Liddy sebagai aktor cukup lumayan. Ia pernah tampil di beberapa serial ternama seperti Miami Vice, MacGyver, juga Airwolf. Pada 1992 memiliki acara radio sendiri di Radio America hingga 2012. Dan jika Anda tahu sosok Comedian dalam komik Watchmen karya Allan Moore, sebagian besar karakter fiksi tersebut terinspirasi dari Liddy. Kini, ia masih hidup dalam usia 88 tahun dan tinggal di Brooklyn, New York. Kisah selanjutnya adalah tentang Marion Barry, sosok yang pernah empat kali menjadi Walikota Washington DC. Pada 18 Januari 1990, ia terjerat kasus penggunaan kokain bersama perempuan yang bukan istrinya. Setelah dipenjara selama enam bulan, Barry memutuskan ikut dalam pemilihan anggota dewan kota Washington dan terpilih. Lalu dua tahun kemudian, ia memenangkan masa jabatan keempat dan terakhir sebagai Walikota Washington. Sosok politikus terakhir adalah Jeff Smith. Dia adalah politikus Partai Demokrat yang menjadi anggota dewan untuk wilayah Missouri, AS. Tahun 2004, Smith pernah dipenjara selama satu tahun karena kasus penggelapan dana kampanye tahun 2004. Setelah bebas, Smith berhasil terpilih sebagai senator negara bagian pada tahun 2006 dan bertugas hingga 2009. Pengalamannya semasa hidup di penjara membuat Smith getol mengampanyekan reformasi sistem penjara AS. Hal ini turut ia tuangkan dalam bukunya: “Mr. Smith Goes to Prison: What My Year Behind Bars Taught Me About America’s Prison Crisis”. Dalam wawancaranya dengan Democracy Now pada 1 September 2015, Smith mengatakan reformasi itu penting sebab, “sistem penjara di AS justru mengajarkan agar penjahat dapat lebih lihai lagi dari sebelumnya, ketimbang bagaimana menjadi warga negara yang lebih baik.” Dari semua sosok politikus di atas tidak ditemukan ada gejala “terinstitusionalisasi” sebagaimana yang dialami Brooks. Hal tersebut, barangkali, lantaran mereka adalah politikus, sedangkan Brooks hanyalah seorang bromocorah kelas rendah. (*)
Menebak BTP Usai Bebas dari Mako Brimob
Kamis 24-01-2019,20:07 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :