Bangunan Tua di Jamblang Bakal Jadi Destinasi Wisata Kota Tua

Sabtu 23-02-2019,12:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Bangunan tua di Kecamatan Jamblang erat kaitannya dengan jalur kereta api yang melewati kawasan tersebut hingga menuju Kecamatan Gempol dan Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Dahulu, sekitar kawasan Jamblang atau tepatnya bangunan tua yang sekarang santer di wacanakan akan dijadikan wisata, merupakan kawasan Pecinan. Banyak dari masyarakat Tionghoa yang menekuni usaha dengan membuka pertokoan. Kawasan Pecinan sendiri sudah ada di Jamblang sejak tahun 1480. Filologi yang juga Budayawan Cirebon Raden Ahmad Rafan Safari Hasyim, menuturkan, arsitektur bangunan khas zaman Belanda merupakan pengaruh penjajahan era kolonial ratusan tahun silam. Banyak juga diketahui, di sekitar kawasan tersebut terdapat bioskop, yang terkenal pada masanya dengan nama Rajawali. Sekarang, bangunan yang dulunya bioskop itu sudah tak lagi berpenghuni dan menjadi tempat berteduh burung walet di siang hari. Rafan mengatakan, pada masanya, masyarakat Tionghoa atau masyarakat di sekitar kawasan Pecinan Jamblang hidup damai dan harmonis. Bersanding dengan warga pemeluk agama mayoritas. “Sangat damai dan tidak pernah ada konflik. Bahkan pernah saya melihat di tahun 1980-an, ada babi milik orang China berkeliaran dan tidak ada yang mengganggu. Tahun 1980 sampai 1990-an itu masih,” katanya. Terkait akan dijadikan destinasi wisata, wacana itu bermula dari kunjungan Pj Bupati Cirebon Dr Ir H Dicky Saromi MSc bersama Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait di sekitar kawasan Jamblang. Beberapa kali juga diberitakan koran ini. Sekdis Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, Raden Chaidir Susilaningrat mengatakan, Pj Bupati Dicky Saromi memberikan tugas kepada instansi terkait untuk memikirkan tentang bagaimana ke depannya agar kawasan Jamblang dijadikan wisata kota tua. Sesuai dengan penuturan Dicky, sambungnya, ada beberapa faktor penunjang dijadikannya kawasan tersebut sebagai destinasi wisata baru. Yang sudah terlaksana dan paling banyak diketahui orang adalah sentra kerajinan gerabah di Desa Sitiwinangun dan kuliner khas nasi jamblang. Sekdis yang juga Ketua Komunitas Kendi Pertula itu merasa yakin dan optimis, dengan dukungan dan kerja keras, diwujudkannya wisata bangunan tua Jamblang layaknya kota tua di Jakarta, bukan hanya sekadar wacana. Ditanya mengenai tahapan, jawabnya sama seperti yang disampaikan Kepala Dinas Disbudparpora Kabupaten Cirebon H Hartono, saat diwawancara beberapa waktu lalu. Yakni masih tahap pendataan pemilik bangunan. “Tentunya ini membutuhkan waktu. Kita sejauh ini sudah sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Saat ini sedang menginventarisasi (mencatat, red) komponen apa saja yang bisa segera digarap (dilaksanakan, red). Misalnya camat dan kepala desa setempat, sekarang sedang mendata rumah-rumah atau bangunan-bangunan tua yang secara ketentuan perundang-undangan, bangunan-bangunan bersejarah ini bisa dijadikan cagar budaya,” katanya. Dengan kata lain, bangunan cagar budaya yang dimaksud adalah untuk dilindungi dan dilestarikan. Mulai dari bentuk hingga arsitekturnya. Dikatakan Chaidir, selain sebagai tempat wisata, peninggalan sejarah dapat dijadikan sebagai sarana edukasi dan pembelajaran untuk lebih mengenal mengenai sejarah dan budaya bangsa. “Ide awalnya dari Pak Pj Bupati. Akan tetapi saya kira bukan hanya Pak Pj yang berpikir seperti itu. Artinya masyarakat pemerhati budaya juga akan berpikiran sama. Melihat potensi yang ada, sayang kalau kawasan Jamblang ini dibiarkan begitu saja,” katanya. Setiap tahunnya, lanjut Chaidir, kunjungan wisatawan ke Cirebon cenderung mengalami peningkatan. Ia melihat itu sebagai peluang yang sangat baik untuk dapat merealisasikan wacana dijadikannya bangunan tua jamblang sebagai destinasi wisata baru. Terdapat 2 bangunan bersejarah yang sudah tercatat di balai pelestarian cagar budaya. Keduanya adalah Klenteng Jamblang dan salah satu rumah tinggal milik keluarga keturunan Tionghoa. “Artinya secara nasional itu sudah tercatat. Tinggal upaya kita apa untuk menggali atau mengeksplore. Cagar budaya kalau dibiarkan hanya akan sebagai cagar budaya. Akan tetapi kalau kita poles, kita tata lingkungan sekitarnya supaya nyaman dikunjungi, ini kan sudah menjadi potensi ekonomi,” paparnya. (dri/ade)

Tags :
Kategori :

Terkait