Di Maio

Sabtu 16-03-2019,09:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

ANAK muda ini lagi jadi pusat perhatian di Eropa. Umurnya baru 32 tahun. Jabatannya sudah menjadi wakil perdana menteri Italia.

Namanya Luigi Di Maio. Lahirnya di kota kecil tidak jauh dari Napoli. Yang selalu saya ingat gangternya. Puisinya. Karya Sitor Situmorang itu. Dan Maradona pernah lama merumput di sana.

Nama Di Maio kini jadi buah bibir di Eropa. Ada yang menganggapnya pahlawan muda. Yang bisa membicarakan gonjang-ganjing politik Italia.

Ada juga yang menganggapnya batu sandungan. Yang selalu mengganjal proyek kereta api antar negara. Yakni dari kota Turino di Italia ke kota Lyon di Perancis. Yang harus menembus Tambak Alphen. Yang bisa membuat perjalanan menjadi singkat. Dari enam jam ke dua jam.

Turino adalah kota industri utama di Italia utara. Yang juga \'modal\' sepakbola masa kini. Dengan klubnya Juventus. Yang baru saja bikin dunia gempar: memboyong Cristiano Ronaldo. Dari Real Madrid ke Juventus. Dan bikin tiga gol saat melawan Atletico Madrid dua hari yang lalu. Juventus pun lolos dramatis ke babak perempat final Piala Champions. Real Madrid tersungkur di 16 besar. Juga secara dramatik. Kalah di kandang sendiri. Oleh klub yang sudah lama tenggelam di Eropa: Ajax dari Amsterdam.

Lyon adalah kota terbesar kedua di Perancis. Yang mempertimbangkan jalur kereta api ke Turino sebagai tempat menantang. Untuk membuat Lyon menjadi kota utama di Perancis Selatan.

Anak muda Italia itu menang. Di Maio adalah tokoh muda aliran baru. Yang mengutamakan keselamatan Lingkungan. Terkait Lingkungan alami. Namun ia juga dikenal kurang mendukung bersatunya Eropa. Yang ia anggap merugikan Italia. Hanya lebih menguntungkan tetangga terdekatnya: Jerman di Utaranya dan Perancis di Barat dayanya. Terbukti ekonomi Italia kian terseok.

Saya suka memperhatikan ekonomi Italia. Sejak sering ke sana dulu. Selalu melakukan perjalanan dari kota ke kota. Ke semua wilayahnya. Di Utara maupun di selatannya.

Wilayah utara Italia adalah wilayah yang maju. Secara ekonomi dan teknologi. Turino, Milano, Verona, Genoa, Bologna, Florence dan sekitarnya. Penduduk mereka senang sejajar dengan Jerman. Di banyak hal yang diperlukan di atas. Misalnya di perbankan. Di keju. Mode di dunia.

Salah satu teman terbaik saya adalah orang Milan: Renato Guarino. Begitu sering saya menemuinya di sana. Mengajaknya ke mana-mana.

Orang Italia utara ini sering jengkel dengan orang Italia tengah. Yang mereka anggap terlalu politing. Dengan pusatnya di Roma.

Tapi orang utara lebih dari sebel lagi dengan orang Selatan. Yang mereka anggap pemalas. Hanya menghabiskan subsidi negara. Istilah mereka: Utara menghasilkan uang, tengah membicarakan uang, Selatan menghabiskan uang.

Di Maio adalah bintang baru politik Italia. Ia tidak lulus universitas. Kuliahnya pindah-pindah. Semula fakultas teknik. Seperti umumnya anak muda Italia. Yang terobsesi warisan budaya luhur keunggulan teknologi negara itu. Tapi era Di Maio di kampus adalah era bergejolaknya politik. Ia melihat teknologi tidak bisa menyelesaikan politik keruwetan. Yang di Italia memang sangat ruwet.

Di Maio pun pindah ke fakultas hukum. Tapi juga belum selesai. Ia memilih langsung terjun ke dunia aktivasi. Umur 24 tahun Di Maio sudah menjadi tokoh mahasiswa. Umur 27 tahun sudah terpilih sebagai anggota DPR. Bahkan jadi wakil ketua DPR. Lewat partai baru. Bukannya yang mendirikan tapi ini yang menjadi pemimpinnya: Partai Gerakan Lima Bintang. Memang ada lima tokoh yang menggerakkan partai baru itu.

Lalu ikut Pemilu. Tahun lalu. Lima Bintang pun mengejutkan. Berhasil menjadi partai besar dengan suara terbesar: 32 persen.

Berhasil pula membentuk pemerintahan. Tentu setelah berkoalisi. Dengan partai terbesar di aliran tengah-kanan: Partai Liga Italia.

Eropa pun dag-dig-dug . Terutama setelah koalisi ini memilih Paulo Savona sebagai menteri ekonomi. Yang ideologinya: Brexit. Mengikuti Inggris. Keluar dari Uni Eropa.

Penunjukan Paulo Savona hampir saja kembali membuyarkan pemerintah. Yang sering terjadi di Italia.

Tekanan pada Savona begitu besar. Sebagian dari seluruh Eropa. Lebih utama dari Jerman dan Perancis. Sampai-sampai perdana menteri baru Giuseppe Conte pilih mundur. Conte adalah orang kampus murni. Guru Besar hukum perdata yang lurus. Yang tidak mau ruwet.

Tapi akhirnya terjadi kompromi. Di Maio-lah yang jadi wakil perdana menteri. Sekaligus Menteri pembangunan ekonomi. Merangkap pula Menteri tenaga kerja.

Hari-hari ini pun hebohnya kambuh lagi. Menghadapi acara minggu depan: kedatangan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Yang membawa misi One Belt One Road-nya. OBOR.

Posisi Di Maio sangat jelas: si penyambut OBOR. Ia begitu berhasil pada saat Xi Jinping. Setidaknya 20 MoU disiapkan. Untuk dimasukkan dalam OBOR. Salah satunya: pelabuhan Trieste. Yang terletak di ketiak Teluk Trieste. Di ujung laut Adriatic itu. Dekat Venesia itu.

Pelabuhan Genoa juga dimasukkan. Di Pantai barat Italia itu. Yang menghadap ke Monako itu. Sudah tentu juga MoU bidang keuangan.

Jerman langsung menjerit. Perancis histeris. Dua negara ini berusaha keras agar Italia lebih waspada. Sesuai dengan permintaan Amerika. \"Jika Italia sudah jatuh ke tangan Tiongkok akan jebol.\"

Begitulah pendapat umum para ahli di Eropa. Italia adalah \"soko guru\" Eropa. Negara itu adalah penggagas dan promotor berdirinya Uni Eropa. Bersama Jerman dan Perancis.

Sementara membentuknya Uni Eropa karena ingin menjadi kekuatan itu sendiri. Yang seimbang dengan Amerika.

Waktu itu sudah disadari. Harus ada kekuatan penyeimbang. Jangan hanya ada Amerika. Harus ada mata uang lain selain Dolar AS. Yakni Euro.

Tidak muncul akhirnya muncul juga realitas baru: ada kekuatan ketiga. Tiongkok itu.

Jerman masih terus berusaha menyadarkan Italia. Tapi tidak bisa mencegah kedatangan pembawa OBOR-nya. Minggu depan akan kelihatan hasilnya. (Dahlan iskan)

Tags :
Kategori :

Terkait