Teripang Bulat “Onol-onol”, Harga Mahal tapi Berpotensi Rusak Ekosistem Laut

Selasa 26-03-2019,22:32 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Sejumlah nelayan di muara Gebang, kini mulai beralih tangkapan. Dari yang sebelumnya mencari rajungan, saat ini sebagian nelayan dari muara Gebang lebih memburu teripang bulat atau umum oleh warga sekitar disebut onol-onol. Penyebabnya, karena harga lebih mahal. ANDRI WIGUNA, Cirebon PEKERJA di lapak teripang bulat, Adin (28) mengatakan, saat ini harga di tingkat nelayan berkisar antara Rp25.000 sampai Rp27.000 hingga paling mahal Rp30.000. Oleh karena itu, saat ini banyak nelayan rajungan yang akhirnya pindah mencari teripang karena harganya yang mahal. “Antara setengah sampai satu tahunan lah mulai musim teripang. Ini nyarinya gak jauh sekitar perairan Cirebon sampai Indramayu. Setelah dimasak dan dikeringkan, lalu dikirim ke Surabaya dan diekspor ke luar negeri untuk bahan baku obat,” ujarnya,(25/3). Menurutnya, jumlah teripang yang melimpah dan sangat banyak, membuat hasil tangkapan dalam satu hari saja sangat banyak. Lapak miliknya dalam satu hari paling tidak, menerima sampai dua ton teripang laut dari para nelayan. “Banyak yang nyari di sini. Setelah dibeli, kemudian dibersihkan dan direbus. Setelah itu baru dikeringkan. Direbusnya dengan air yang dicampur garam. Yang dapat ini biasanya harus pakai alat garok,” imbuhnya. Sementara itu, aktivitas para nelayan di Muara Gebang ini pun dikeluhkan oleh Rizky Pratama, aktivis lingkungan yang prihatin dengan cara penangakapan teripang dengan menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan. Menurutnya, meskipun saat ini dinilai menguntungkan, namun untuk jangka panjang penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan tersebut, bisa merusak ekosistem dan habitat biota laut. Sehingga nelayan di masa depan akan semakin kesulitan untuk mencari ikan. “Jangan lihat sekarang untung. Tapi pikirkan jangka panjangnya. Ini sangat merusak dan harus segara ditangani. Kalau dibiarkan, nanti bisa berbahaya buat kelangsungan biota laut,” paparnya. Namun demikian, dia pun tetap menyarankan agar pihak terkait mengedepankan cara-cara penindakan yang humanis dan mengedukasi. Menurutnya, perlu ada solusi terkait penggunaan garok di perairan Cirebon atau oleh nelayan Cirebon agar tidak merusak lingkungan. “Harus dibina dan didampingi. Penggunaan garok itu tidak baik dan merusak. Tapi penindakannya juga harus tetap dengan solusi dan memberi pencerahan,” ungkapnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait