Musim Penghujan, Petani Pilih Mesin Pengering Gabah

Minggu 21-04-2019,11:01 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

INDRAMAYU - Sulitnya menjemur gabah saat musim penghujan membuat alat pengering modern seperti dryer (mesin pengering gabah) semakin diminati petani. Selama ini banyak petani yang menjemur gabah secara tradisional dengan cara dijemur mengandalkan sinar matahari. Pantauan Radar Indramayu, banyak petani yang mendatangi kelompok-kelompok tani penyedia alat pengering gabah (dryer). Seperti yang terlihat di Kelompok Tani Mukti Bangodua dan Kelompok Tani Bakti Bunder. Tempat pengering gabah di dua kelompok tani itu tak pernah sepi dari aktivitas pengeringan. Setiap hari para petani berdatangan membawa gabah untuk dikeringkan setelah beberapa hari diguyur hujan. Ketua Kelompok Tani Bakti Bunder Kecamatan Widasari, Surakman mengatakan, semakin hari makin banyak petani yang datang menggunakan jasa pengeringan gabah. Sehingga mengalami peningkatan hingga 50 persen, dalam waktu seminggu. \"Kapasitasnya juga terbatas, hanya dapat mengeringkan 8 hingga 9 ton saja. Dalam sekali proses membutuhkan waktu hingga 8 jam sampai maksimal 12 jam. Tergantung kadar kekeringan gabah yang diinginkan. Selama musim penghujan yang rutin pada panen raya, meningkat. Biasanya mengeringkan 90 ton, sekarang bisa sampai 130 ton dalam seminggu,\" papar Surakman. Terbatasnya kapasitas dryer dalam beroperasi yang hanya dapat mengeringkan gabah basah sebanyak 8 ton, membuat petani harus menunggu antrean. Apalagi dryer yang digunakan masih menggunakan listrik sebagai sumber utama. “Jadi bergilirin, jangan sampai berebu. Untuk biaya disesuaikan dengan kesepatakan. Seperti 1 ton bayar 1 kuintal gabah kering,\" ujarnya. Keterangan senada juga diungkapkan Ketua Kelompok Tani Mukti Kecamatan Bangodua Kaedi. Curah hujan yang tinggi pasca panen raya di beberapa wilayah di Kecamatan Bangodua berdampak pada sulitnya petani menjemur gabah. Karena tidak ingin gabahnya tumbuh tunas karena terkena hujan dan lembab, alat pengering gabah (dryer) pun jadi pilihan petani. \"Kalau mengandalkan sinar matahari saja kurang maksimal. Gabah lama keringnya. Apalagi terus menerus disimpan dalam kondisi basah. Bisa-bisa banyak gabah yang muncul tunas dan harganya akan jatuh,\" tutur Kaedi. Dijelaskan Kaedi, untuk ongkos produksi dibebankan pada pemilik gabah. Karena dryer yang dimiliki kelompok taninya menggunakan bahan bakar solar. Dan sebagai penghasil panasnya dari sekam yang dibakar. “Paling tambah ongkos jasa saja untuk pemeliharaan alat,\" tuturnya. (oni)

Tags :
Kategori :

Terkait