Salahudin Rayyan, Satu-satunya Peserta UN SMP dengan Kertas Pensil (1)

Rabu 24-04-2019,17:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Dinas Pendidikan Kota Cirebon telah menetapkan pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) 100 persen di tahun ini. Tapi, ada siswa yang masih melaksanakan UN dengan kertas dan pensil. Kenapa? Selasa (23/4), adalah hari kedua ujian nasional bagi Salahudin Rayyan. Siswa SMPN 11 Kota Cirebon ini, mengerjakan soal UN di rumahnya. Menjadi satu-satunya yang menjawab soal-soal dengan kertas pensil, sementara 7.375 siswa SMP lainnya memakai komputer. Rayyan tidak bisa bergabung dengan teman-teman satu sekolahnya yang mengikuti tes di SMAN 5 Cirebon. Lokasi ini dipilih karena SMPN 11 belum bisa menyelenggarakan ujian mandiri. Keterbatasan perangkat, membuat sekolah ini menginduk ke SMAN 5 Cirebon. Putra dari Siti Nurfajar tersebut mengalami gangguan kesehatan setahun terakhir. Rayyan juga baru selesai menjalani ”ujian” yang jauh lebih sulit. Terbaring di meja operasi karena kelainan katup jantung yang diderita sejak lahir. Kelainan ini membuat jantung Rayyan mengalami kebocoran. Meski ditengarai sudah menyandang sakit ini sejak lahir, namun sakit yang diderita putera kedua Siti baru diketahui setahun lalu. Saat masih duduk di kelas dua SMP. Alhasil, sepanjang tahun atau sebagian besar waktu sekolah Rayyan selama kelas tiga, diselingi mondar-mandir Jakarta. Rayyan harus kontrol kesehatan rutin. Juga mengikuti proses pengajuan operasi dengan menggunakan BPJS Kesehatan. Menjadi peserta operasi katup jantung  bak anugerah bagi Rayyan. Namanya terselip diantaran antrean pasien untuk menjalani tindakan medis. “Banyak pendaftar lain yang nunggu giliran, sangat terbatas,” kata Siti, yang ditemui selagi Rayyan mengerjakan soal demi soal dengan pengawasan guru dari sekolahnya. Selain mendapat kesempatan dioperasi, Rayyan mendapat anugerah kedua. Antreannya dipangkas berhubung ada pasien lain yang harus diundur jadwal operasinya.  Rayyan yang setahun terakhir bolak-balik kontrol pun mendapat kesempatan untuk menjalani tindakan lebih cepat. Beruntung, kondisi tubuhnya memungkinkan untuk menjalani operasi lebih cepat dari jadwal. “Kuotanya terbatas banget. Alhamdulillah lagi, Rayyan yang duluan dioperasi,” katanya. Rayyan menjalani tindakan medis di RS Harapan Kita, Jakarta. Operasi yang dijalani terbilang sulit. Dadanya disayat hingga atas pusar. Pada katup jantungnya dipasangi satu ring untuk meminimalisasi kebocoran lebih parah. Sejak proses awal hingga akhir, Siti terus menemani anak keduanya tersebut. Hingga diperbolehkan pulang dan ikut menjalani ujian. \"Alhamdulillah sekarang sedang tahap bed rest. Sudah satu bulanan. Nanti kontrol lagi habis lebaran,” tuturnya. Semangat Rayyan untuk sembuh sama besarnya dengan tekad mengikuti ujian. Sebetulnya, ia telah diberi pilihan untuk mengikuti ujian online susulan. Tapi, siswa 15 tahun itu memilih tetap mengikuti jadwal yang ditentukan pemerintah. Rayyan menjalani ujian dengan kertas pensil di rumahnya di Jalan Situgangga RT 04 RW 09, Kelurahan/Kecamatan Harjamukti. Jadwal ujiannya juga berbeda dengan peserta lain. Pelaksanaannya dimulai lebih cepat yakni pukul 09.00-11.00 WIB. Sementara untuk pelaksanaan UNBK lainnya dilakukan mulai 11.30 hingga 12.30. Penetapan jadwal ini menyesuaikan kondisi tubuh Rayyan yang masih sangat lemah. Bahkan untuk berjalan dari kamar ke ruang tamu, nafasnya tersengal-sengal. Beruntung Siti sebagai orang tua berpengalaman menangani kelainan jantung bawaan lahir ini. Selain Rayyan, kakaknya juga pernah mengalami kondisi demikian. Bagaimana kisahnya? Ikut kelanjutannya di edisi besok. (myg/bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait