Begini Cerita Para Pendamping Anak-anak Istimewa Melaksanakan UNBK

Jumat 26-04-2019,16:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Kamis (25/4) adalah hari terakhir pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) SMP/MTs. Juga termasuk bagi siswa SMP Inklusi. Pelaksanaan tes siswa SMP Inklusi tersebut dilaksanakan di SMK Taman Siswa. Di balik pelaksanaannya yang terlihat lancar-lancar saja, ada sosok-sosok yang berjasa di dalamnya. Mereka yang punya kesabaran tingkat dewa. Menjadi pengawas, tapi juga pembimbing. Adalah Rudi Pramadi, Ahmad Subagyo dan Sri Pulung dari SMP Inklusi Sada Ibu. Di tahun ini, menjadi kali pertama SMP Inklusi Sada Ibu mengikuti UNBK. Rudi, Sri dan Ahmad beserta tenaga pendidik murid-murid berkebutuhan khusus tentu menghadapi tantangan berat. Mereka harus jadi pengawas sekaligus pendamping. Kuncinya adalah menjaga mood siswa. Salah sedikit saja, mereka bisa panik. \"Sebisa-bisa kita. Harus ekstra hati-hati. Anak-anak kita kasih pandu sebaik-baiknya. Gimana mereka nyaman selama ujian,\" terangnya kepada Radar Cirebon. Dalam satu kelas yang berisi sembilan murid dipandu satu pengawas, teknisi server serta pembimbing dari sekolah. Guru-guru yang ditunjuk jadi pengawas juga pilihan siswa. Tujuannya, supaya mereka nyaman selama ujian berlangsung. Meski sudah berlatih, rasa gugup sempat dialami sejumlah muridnya ketika hari pertama UNBK. Bahkan ketika sudah sampai depan ruangannya, salah satu murid sempat menolak masuk karena melihat orang baru di dalam ruangantes. \"Kalau anak-anak sudah mogok harus dirayu dulu. Asal mereka mau masuk kelas, ngisi soal. Nggak dikerjain semua juga nggak apa-apa,\" ungkapnya. SMP Inklusi sendiri menjadi wadah mendidik para siswa berkebutuhan khusus. Pendekatannya tentu berbeda. Sri mengatakan ketika mengajar para siswanya, sebisa mungkin dirinya harus mengikuti ritme anak didiknya. Mencoba memasuki dunianya sehingga bonding pun akan tercipta. \"Bedanya, kita yang harus ngikutin mereka. Senyamannya mereka. Harus sabat betul,” tuturnya. Perbincangan bersama ketiganya itu saya lalui dengan secangkir teh hangat di genggaman. Dibuat langsung oleh Rudi Pramadi, salah satu guru di SMP Inklusi Sada Ibu. Sudah lebih dari 10 tahun ia mengajar di sana. Bertemu dengan anak-anak istimewa yang luar biasa. Panggilan hati yang mengantarkannya pada pilihannya saat ini. Mendidik anak-anak berkebutuhan khusus. Bukan hanya guru, namun juga menjadi teman untuk murid-muridnya itu. \"Ada kepuasan tersendiri ketika bisa mengajar murid-murid saya ini,\" ucapnya. Meski berkebutuhan khusus, Rudi bercerita para murid-muridnya itulah yang menginspirasinya. Terlebih semangat belajar yang mereka miliki. Tak jarang juga mereka terlalu semangat ke sekolah sampai jam istirahat ataupun hari libur inginnya belajar di sekolah. Ada tiga faktor yang membuat para siswa berkebutuhan khusus ini mampu mengikuti pelajaran dan berahan. Pertama ialah faktor orang tua yang sabar dan mendidik serta mendukung anaknya dengan sangat baik, kedua faktor guru yang penyabar dan telaten serta faktor yang terakhir ialah berasal dari diri anaknya sendiri. \"Saya selalu percaya ketiga faktor ini,” tuturnya. Rudi bercerita, ada satu siswanya yang sudah menuntaskan pendidikan hingga strata satu. Berhasil lulus dan jadi sarjana Sastra Jepang. Kelulusan itu sudah cukup membuat dia bangga. Sekaligus menjadi inspirasi untuk dirinya untuk tidak lelah membimbing anak-anak istimewa. Ia mencontohkan siswanya yang kebutuhan khususnya komplit. Mulai dari kemampuan motoriknya yang kurang. Daya tangkapnya juga dari titik 0 sampai. Tapi dengan ketelatenan, anak ini berkembang luara biasa. Yang tadinya bergerak saja susah karena saraf motoriknya terganggu sampai skearang bisa pergi ke gym. “Itu semua berkat orang tua mereka yang berjuang sangat keras. Di sekolah dibantu dengan guru-guru membuat mereka semangat belajar,\" terangnya. Selama lebih dari 10 tahun mengabdi, tak pernah terbesit sekalipun bagi Rudi maupun Sri pulung dan Ahmad untuk meninggalkan porfesi sebagai tenaga pendidik anak-anak istimewa. Panggilan hati yang mengantarkan mereka kesini, menetap dan tak ingin pergi. \"Rasa senang dan bangga yang membuat kami bertahan,\" pungkas Rudi siang itu. (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait