Kepala DLH Sebut Monumen Bisa Masuk dalam Taman Tematik

Sabtu 27-04-2019,15:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Keberadaan taman tematik di sebuah kota, merupakan salah satu kebutuhan. Sudah jadi bagian dari urban landscape. Pembangunan taman tematik juga harus memenuhi beberapa fungsi dasar yaitu fungsi ekologis, sosial budaya, estetika maupun ekonomi. Keberadaan monumen yang dilengkapi dengan taman tematik, bisa menjawab dua fungsi sekaligus. Meski menyadari kebutuhan ini, namun Dinas Lingkungan Hidup (DLH) tidak bisa berbuat banyak. Kebutuhan atas taman tematik ini, masih mengandalkan bantuan corporate social responsibility (CSR). Kepala DLH Drs H RM Abdullah Syukur MSi menyebutkan, Kota Cirebon baru mempunyai satu taman tematik yang keberadaannya sudah diatur dalam SK Walikota Cirebon. Yakni di areal hutan kota Kebon Pelok Kelurahan Kalijaga. \"Kita sudah punya satu di Kebon Pelok, dengan nama Taman Tematik Keanekaragaman Hayati,\" ujarnya kepada Radar Cirebon. Diakuinya, kuantitas tanaman tematik masih harus ditambah. Oleh karena itu, pihaknya sudah mempunyai rencana dan dalam proses menambah 18 taman tematik yang akan tersebar di Kota Cirebon. Namun untuk pembangunan monumen seperti yang diinginkan Walikota Cirebon Drs H Nashrudin Azis SH, belum termasuk dalam 18 taman ini. Syukur menyebut, pembangunan monumen lebih dekat ke tupoksi Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR). Sementara untuk pembangunan 18 taman tematik itu, DLH mengandalkan bantuan dari CSR. Syukur mengungkapkan, tahun ini tidak ada anggaran dan belum dianggarkan. Kemungkinan tahun depan pihaknya akan memasukan penambahan anggaran untuk taman tematik. \"Kita sudah ajukan, seperti ke BJB, PT Cinta Damai dan lainnya. Diharapkan keikutsertaan mereka bisa mewujudkan target 18 taman tematik baru,\" ucapnya. Menurutnya, sebagai kota yang menuju metropolitan, dengan tingkat stres yang relatif tinggi, Kota Cirebon harus memiliki cara agar warganya tetap nyaman tinggal di dalamnya. Taman merupakan salah satu jawabannya. Orientasinya untuk menciptakan kota yang nyaman. Warga kotanya menjadi senang bahagia, sehingga bisa meningkatkan indeks kebahagiaan. \"Sementara ini kita baru menganggarkan untuk pemeliharaan rutin saja. Untuk pembuatan kita upayakan dari CSR,\" imbuhnya. Di lain pihak, Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Gunawan ATD DEA menuturkan, jenis monumen menjadi salah satu yang harus ditetapkan terlebih dahulu. Apakah monumen tersebut didesain agar menjadi ikon Kota Cirebon, menjadi pengenang sejarah yang bisa dinikmati berbagai masyarakat, atau ada tujuan lainnya. Kemudian, lokasi monumen tentu harus strategis. Sehingga keberadaannya tidak sia-sia. Juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. \"Seharusnya ada di lahan terbuka, tentu harus mencari tanah atau lahan kosong yang cukup luas,\" jelasnya. Menurutnya, monumen identik dengan taman. Diharapkan monumen bisa berdiri di lahan kosong atau luas sehingga bisa strategis. Misalnya di daerah Jl Dukuhsemar atau Terminal Harjamukti yang masih memiliki lahan kosong yang cukup luas. Atau di wilayah Cirebon Selatan yakni Kelurahan Argasunya yang tentu juga masih memiliki banyak lahan kosong. \"Jadi monumen bisa dibuat sekaligus taman,\" ungkapnya. Atau bisa menggunakan lokasi di sekitar Jl Pasuketan dekat eks pabrik British America Tobacco (BAT). Di area tersebut jalannya cukup luas.  Atau bila tidak ada lahan kosong, pemerintah bisa memanfaatkan beberapa taman yang sudah ada saat ini. \"Bisa memberdayakan taman yang ada saat ini dibangun monumen di lokasi itu, taman dan monumennya jadi bisa hidup nanti dan dinikmati masyarakat,\" katanya. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait