Akbarudin Usul Pedati Gede Dibuat Monumen

Senin 29-04-2019,19:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Monumen Perjuangan hingga kini belum mendapatkan apresiasi yang diharapkan. Dibangun tidak jauh dari lokasi gugurnya 15 pejuang oleh tentara KNIL pada tahun 1947, monumen ini dianggap kurang strategis lokasinya. Meski memiliki mempunya background dan sejarah yang menarik serta desain yang gagah dengan patung dan diorama para pejuang, namun karena lokasinya yang cukup masuk ke dalam, membuatnya kurang terlihat oleh pengendara. Monumen tersebut hanya dijadikan tempat nongkrong. Pemerhati budaya, Jajat Sudrajat meminta pemerintah kota belajar dari kasus Monumen Perjuangan. Niat pemerintah membangun monumen baru, jangan sampai mengulang yang sudah-sudah. Apalagi, monumen ini digadang-gadang menjadi tambahan ruang terbuka sekaligus taman membantu capaian target 2 juta kunjungan wisatawan. “Monumen perjuangan itu yang membidani salah satunya saya sendiri. Karena itu keinginan dari para pejuang. Tetapi untuk biaya perawatan saja tidak ada,” katanya kepada Radar Cirebon. Sejarawan, Akhbarudin Sucipto juga bersikap serupa. Dalam membangun monumen atau tugu memerlukan pertimbangan yang cukup matang. Dalam perencanaan salah satu yang paling penting diperhatikan adalah lokasi. Di beberapa kota yang memiliki monumen dengan lokasi yang tepat dan strategis, monemun bisa menjadi ikon dan daya tarik wisata lokal. Sehingga para wisatawan atau warga lokal bisa berjalan kaki menuju monumen tersebut dan menghabiskan waktu di sana. “Di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya monumen jadi ikon tersendiri. Lahanya luas sehingga masyarakat juga bisa menikmati,” katanya. Akbar meminta pemkot serius dalam mewujudkan monument baru ini. Dibarengi pertimbangan lokasi yang matang. Perlu diperhatikan juga aspek pro kontra masyarakat. Sebab, ada yang setuju dengan pendirian patung. Tapi, ada juga yang tidak. “Saya sangat setuju ada monument baru. Ada beberapa ikon yang perlu diangkat, agar generasi tidak lupa dengan sejarah Kota Cirebon,” tuturnya. Akbarudin mengusulakn beberapa ikon yang bisa dijadikan monumen. Misalnya Pedati Gede, atau kereta kebesaran. Untuk sejarah, perang rakyat Cirebon 1818 bisa diangkat. Karena itu menjadi simbol perlawanan masyarakat Cirebon dengan tokoh tokohnya Pangeran Raja Kanoman, Sultan Muhammad Kafiudin Matangaji, Pangeran Abu Hayat Suryakusuma dan sebagainya. Selain itu Perjuangan Mahmud Pasha dan Kapten Samadikun juga perlu di monumenkan. (awr)

Tags :
Kategori :

Terkait