Pertamina Retail Menghindar

Jumat 10-05-2013,08:50 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Ngaku Tak Punya Kewenangan, Saling Lempar dengan Hiswanamigas KEDAWUNG– PT Pertamina Retail Cirebon, belakangan menghindar dikonfirmasi terkait kelangkaan gas elpiji kemasan tiga kilogram. Sales Eksekutif Elpiji dan Produk Gas PT Pertamina Retail wilayah Cirebon, Andri Setiawan mengatakan, dirinya tidak memiliki kewenangan untuk memberi penjelasan. Sebab, sudah ada bagian khusus yang diberi tugas yakni external relationship yang berkantor di Jakarta dan Bandung. “Di cirebon tidak ada, karena cuma kantor sales point. Makannya di daerah diwakili oleh Hiswanamigas (Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas) dan koordinator daerah agen di setiap wilayah. Untuk koordinasinya satu pintu, saya tidak ada kewenangan menjawab,” jelasnya, kepada Radar. Namun, penjelasan tersebut bertolak belakang dengan pernyataan Andri di koran ini beberapa waktu lalu. Sebab, sejak kelangkaan gas terjadi, pihaknya berulang kali menjadi tumpuan pintu informasi anak perusahaan PT Pertamina tersebut. Gagal mengkonfirmasi PT Pertamina Retail, wartawan koran ini mengukuti saran Andri untuk mengonfirmasi Hiswanamigas. Sayangnya, perwakilan Hiswanamigas, Toto, menolak memberikan jawaban. Dia malah menyarankan untuk mengonfirmasi PT Pertamina Retail, dengan alasan Hiswanamigas tak punya kewenangan. “Kantornya ada di Kedawung (PT Pertamina Retail, red). Datang aja ke sana, kita di sini hanya sebatas penyaluran gas elpiji kepada agen. Kalau di Kedawung itu kan salesnya, ya jadi dia yang tahu semua,” kilahnya. Sementara itu, tak adanya penjelasan terkait kelangkaan gas elpiji kemasan tiga kilogram, menyebabkan masyarakat resah. Apalagi, penjelasan di media dari PT Pertamina Retail dan agen saling bertentangan. Warga Desa Semari Kangen, Kecamatan Plumbon, Sudiro (50) mengatakan, dirinya bingung dengan kondisi sekarang ini. Sebab, pemerintah yang awalnya meminta masyarakat menggunakan gas dan meninggalkan minyak tanah karena beban subsidi yang tinggi. Sekarang, ketika masyarakat sudah bertumpu pada gas, pemerintah juga tidak mampu menjamin ketersediaannya. Bahkan, untuk situasi kelangkaan seperti sekarang ini, pihaknya juga tidak pernah mendapatkan informasi yang jelas mengenai penyebab kelangkaan. Sedangkan untuk memasak, kini Sudiro memilih menggunakan minyak tanah, bahkan sesekali kayu bakar. “Susah cari gas, cari di tiga kecamatan gak ketemu. Ya sudah kita kembali ke kompor minyak, kalau minyak tidak ada lagi ya, terpaksa menggunakan kayu bakar,” ungkapnya, saat ditemui di salah satu pangkalan gas. Warga Desa/Kecamatan Jamblang, Castini (45) mengeluhkan hal serupa. Dia mengaku sudah hampir satu bulan dibuat kebingungan mencari gas. “Ya terpaksa, mau gimana lagi, mencari nafkah harus dipenuhi, masa tidak kerja, kasian anak-anak di rumah. Jadi kita kembali ke zaman dulu waktu saya kecil saat masak, yakni menggunakan kayu bakar,” terangnya. (sam)

Tags :
Kategori :

Terkait