BALANGAN – Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Barat tengah menajamkan model program smart trans. Yakni, program untuk mengasah skill para transmigran asal Jawa Barat guna meningkatkan taraf hidup mereka di wilayah Unit Pemukiman Transmigran (UPT). “Untuk pilot project, kami akan bekerjasama dengan Disnakertrans Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Balangan. Di sana ada 14 kepala keluarga asal Jawa barat yang menempati UPT Lajar Papuyuan yang terletak di Desa Matang Hanau, Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan,” kata Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, Mohamad Ade Afriandi, saat melakukan kunjungan kerja ke UPT Lajar Papuyuan. Menurutnya, UPT Lajar Papuyuan dipandang perlu dijadikan piloting “smart trans”, dengan cara melakukan re-skilling dan up-skilling transmigran dari petani padi dengan terampil bercocok tanam aquaponik/hidroponik karena lingkungan UPT dipenuhi air. “Nanti dihadirkan mobile training unit (MTU) di lokasi transmigrasi ini untuk melatih sesuai potensi wilayahnya,” tuturnya. Ade menjelaskan, konsep smart trans merupakan upaya Disnakertrans Provinsi Jawa Barat dalam menggeser model transmigrasi, bukan memindahkan kemiskinan dari Jawa Barat ke provinsi tujuan. Selain itu, model ini juga sebagai wadah untuk memelihara dan membina hubungan emosional antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan transmigran asal Jawa Barat di daerah lokasi transmigrasi. “Smart Trans itu menghadirkan calon transmigran dan transmigran di daerah tujuan transmigrasi agar terampil olah lahan produksi, terampil olah hasil produksi, dan terampil olah pasar hasil produksi,” jelasnya. Selain bekerja sama, Disnakertrans Provinsi Jawa Barat dan Kalimantan Selatan pun akan mendorong kepada Kementerian Desa PDTT agar Rencana Kawasan Transmigrasi (RKT) di wilayah UPT Lajar Papuyuan masuk kedalam prioritas APBN 2020. “Karena untuk normalisasi kawasan trans yang terendam banjir akan diupayakan melalui pembiayaan APBN,” imbuhnya. Perlu diketahui, 14 kepala keluarga Transmigran asal Jawa Barat ini berasal dari Kampung Sindangasih Desa Sirnasari Kecamatan Jatinunggal Kabupaten Sumedang, mereka berasal dari 1 RT yang terdampak pembangunan Waduk Jatigede. “Awalnya ada 25 kepala keluarga, namun sejak 2013 sering gagal panen akibat lahan pertaniannya berada di lahan gambut, sebagian akhirnya banting setir menjadi kuli bangunan guna memenuhi kebutuhan hidup yang terus meningkat,” beber Ade. Pemerintah daerah setempat pernah memberikan bantuan berupa bibit Sawit untuk ditanam dan diolah transmigran. “Pohon sawit ini tumbuh memenuhi lahan UPT, tetapi sudah 7 tahun sejak tumbuh tidak pernah berbuah karena pohon sawitnya terendam sepanjang tahun,” ungkapnya. Ade berharap, dengan program smart trans, kehidupan para transmigran bisa berubah kearah yang lebih baik. “Semoga program ini bisa membantu para transmigran,” pungkasnya. (jun)
14 Transmigran Jadi Pilot Project Smart Trans
Rabu 22-05-2019,21:00 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Kategori :