Birokrat Mulai “Jauhi” Pendopo

Dukungan Terbelah Jelang Masa Akhir Jabatan Dedi SUMBER - Soliditas birokrasi di masa-masa akhir jabatan Bupati Cirebon Dedi Supardi, mulai terbelah. Sejumlah pejabat aktif di lingkungan pemkab sudah mulai “menjauh” dari pendopo dan merapat pada calon bupati pilihan mereka. Kondisi itu membuat kecenderungan birokrasi mulai terpecah dan membentuk faksi-faksi baru. Berdasarkan sumber terpercaya Radar, dari puluhan kepala organisasi pimpinan daerah (OPD) di Kabupaten Cirebon yang masih pro terhadap bupati hanya tujuh orang. Sedangkan di tingkat kecamatan hanya 11 orang camat. “Banyak pejabat yang sudah tidak pro lagi dengan pendopo. Pokoknya, sudah banyak yang menjauhi pendopo,” ujar dia kepada Radar, Rabu (15/5) Menurutnya, kecenderungan pejabat yang merapat ke calon bupati baru, karena dijanjikan iming-iming kedudukan. Tidak hanya itu, banyaknya calon bupati, membuat pejabat teras membuat faksi-faksi baru untuk kegiatan dukung-mendukung. Meski belum secara deklaratif dinyatakan, tapi samar-samar sudah bisa terbaca publik. “Jadi pengumpulan yang dilakukan oleh pemkab kemarin agar birokrat netral itu bohong,” jelasnya. Sementara itu, pengamat politik Afif Rivai membenarkan perihal tersebut. Menurutnya, tidak bisa dipungkiri setiap pemilihan kepala daerah yang baru, birokrat pasti terpecah. Terlebih lagi, dinamika atau konstelasi politik di Kabupaten Cirebon cukup dinamis. “Saya rasa birokrat yang mundur teratur dari pendopo, kerena mereka tahu persis kinerja incumbent selama dua periode menjabat,” terangnya. Menurutnya, pundi-pundi incumbent secara perlahan mulai runtuh. Dia menilai kans Hj Sri Heviyana menjadi bupati cukup berat, meski didukung  sang suami Bupati Dedi. “Karena birokrasi tidak bisa digiring untuk memberikan dukungan kepada incumbent, itu terlalu berat,” ungkapnya. Adapun terbentuknya faksi-faksi di lingkungan birokrat terbilang wajar. Karena mereka pun ingin mencari posisi aman dalam struktur birokrasi. (sam)