PPDB di Sekolah Luar Biasa, Jauh Dekat Diterima, Satu Guru Lima Siswa

Jumat 21-06-2019,19:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Bagi Pendidikan Khusus Tuna Rungu Yayasan Pancaran Kasih tingkat SMA, bukan jumlah siswa yang menjadi kekhawatiran. Karena sedikit tidaknya siswa aktivitas sekolah akan tetap dilanjutkan. Satu angkatan hanya diisi oleh 5 siswa saja. Eko Prasetya menyambut saya di pintu masuk kelas. Dia mengajak saya berkeliling sudut demi sudut ruangan. Pagi itu, aktivitas belajar mengajar belum berlangsung. Mengingat masih banyak siswa yang meliburkan diri. Sepintas, posisi meja dan kursi lain dari sekolah umum biasanya. Meski aktivitas pendaftaran sepi, namun Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA Pancaran Kasih tersebut semringah. Tahun ini, target penerimaan siswa hanya 5 orang. Kuota ini sesuai dengan rasio guru dan siswa. Di mana satu pengajar ditugaskan untuk mengajar 5 orang siswa. Ini berlaku di tiap angkatan. Meski begitu, bukan berarti jika masih ada siswa lainnya kemudian ditolak pendaftaran siswanya. Pendidikan Khusus Tuna Rungu tersebut masih menerima. Namun tentu saja tetap dengan prinsip 1 guru untuk 5 orang. “Kalau lebih, dalam satu kelas bisa dengan 2 guru yang mengajar agar materi yang disampaikan dapat efektif,” katanya. Di sekolah ini, PPDB dengan sistem zonasi tidak ada. Siswa dari mana saja bisa mendaftar ke sekolahnya. Bahkan diungkapkan Eko mayoritas siswa baru justru berasal dari luar kota seperti Majalengka. Sejak pendaftaran siswa baru dibuka serentak bersamaan dengan SMA umum pada Senin waktu lalu, sampai saat ini pihaknya telah mengantungi 3 siswa yang sudah fix menjadi siswa SMA Pancaran Kasih itu. Artinya, kuota siswanya sisa 2 lagi. \"Kalaupun lebih kami masih tetap terima. Karena di Cirebon sendiri sekolah khusus seperti ini sangat jarang. Beda dengan sekolah umum yang banyak pilihan,\" terangnya. Sejak sebelum Ramadan, sudah banyak orang tua yang melakukan observasi atau survei tempat di sekolah. Mereka berkeliling untuk melihat-lihat ruangan calon sekolah putra dan putrinya itu. Sekitar 10 formulir pun sudah diberikan Eko kepada orang tua siswa yang melakukan observasi ke sekolah. Hingga sampai saat baru 3 yang mengembalikan formulir atau dalam artian resmi mendaftar sebagai anak didiknya. Aktivitas penerimaan siswa baru di SMA Pancaran Kasih pun memang tidak ramai, bahkan terbilang kosong ketika Radar mengunjungi lokasi sekolahnya yang berada di Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo itu. Eko memaklumi, suasana seperti itu sudah biasa. Setelah observasi dan orang tua ingin mendaftarkan anaknya, di sekolah ini harus melengkapi persyaratan. Khususnya surat pengantar dari THT. Setelah itu mengambil dan mengisi formulir pendaftaran serta persyaratan lainnya seperti Akte, KK. \"Karena dengan adanya surat keterangan THT ini untuk standar kami bagaimana menempatkan siswa nanti ketika belajar,\" ucapnya. Eko menjelaskan, pada dasarnya materi yang diajarkan di SMA Pancaran Kasih ini menggunakan kurikulum tersendiri. Namun sebetulnya materi yang diberikan tidak jauh beda dengan sekolah umum lainnya. Yang berbeda hanya dari segi bahasa mengingat para siswanya itu memiliki keterbatasan bahasa sehingga bahasa yang digunakan lebih disederhanakan. \"Kami support penuh anak-anak kami untuk bisa maju. Karena pada dasarnya mereka ini mampu. Saya selalu mencotohkan para alumni kita ini pun bisa bekerja di lingkungan kerja yang biasa,\" pungkasnya. (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait