Belakangan ini, Illuminati ramai menjadi perbincangan publik setelah viral gambar masjid Al Safar rancangan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang dituduh memuat simbol Illuminati, yaitu berbentuk segitiga pada bagian mimbar. Kemudian, merembet sampai level industri kuliner. Simbol itu secara imajinatif ditafsirkan tercermin pada kemasan diduga minuman teh celup. https://twitter.com/RoyzyRothschild/status/1007210094319341568?s=19 Namun apa sebenarnya simbol mata satu dalam segitiga yang selalu bikin heboh itu? Simbol itu umum disebut The Eye of Providence atau Sang Mata Pemeliharaan, tapi dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai Mata Ilahi. Bahkan, rata-rata sejarawan pengulik teori konspirasi mengambil kesimpulan bahwa Illuminati pada era modern memperoleh reputasi yang jauh dilebih-lebihkan ketimbang fakta sebenarnya. Meski mengacu pada beberapa organisasi, Illuminati yang populer dalam narasi teori konspirasi paling sering merujuk pada Bavarian Illuminati. Phill Edward menjelaskan melalui kanal Vox, Bavarian Illuminati dibentuk pada 1776. Perkumpulan rahasia ini diinisiasi oleh filsuf Jerman Adam Weishaupt yang amat mempercayai nilai-nilai pencerahan. Weishaupt dan pengikutnya giat mempromosikan ide-idenya ke lingkaran elite Jerman dan Eropa, terutama elite politik, agar bisa menjalarkan pengaruhnya saat target benar-benar berkuasa. Mereka berkeyakinan pada pemikiran rasional hingga kemandirian pribadi (atau masyarakat). Para pendiri hanya berjumlah enam hingga sembilan orang, tapi anggota berkembang hingga kisaran seribu. Cara meluaskan organisasi tergolong cerdik, yakni menjadi sel tidur di organisasi lain. Salah satunya dengan menyusup ke Freemansory, organisasi persaudaraan yang juga bersifat tertutup tapi berumur lebih panjang. Dalam sebuah tulisan berjudul The birthplace of the illuminati lebih dari 200 tahun sejak Iluminati dibentuk untuk menentang pengaruh agama pada kehidupan sehari-hari, kelompok ini telah menjadi salah satu objek teori konspirasi \'terpanas\' sepanjang masa. \"Saya dengar pernah ada beberapa pertemuan di sini. Tapi di mana atau kapannya, saya tidak tahu,\" kata suster Anna kepada saya. Tidak gampang untuk membuat Anna mau angkat suara soal Iluminati. \"Mereka berasal dari berbagai tempat di Prancis, Inggris, dan banyak lagi. Tapi yang jelas, Kota Ingolstadt ini adalah tempat pertemuan mereka di Eropa.\" Bekerja di sebuah toko buku di seberang gereja Gothic Liebfrauenmünster, Anna tentu bertemu dengan banyak orang. Namun, tidak sedikit dari mereka yang datang ke kota itu seperti tokoh-tokoh dalam kisah misteri. Mereka adalah para pengikut Iluminati, yang diyakininya masih mengadakan pertemuan-pertemuan rahasia di kota di wilayah Bayern -atau Bavaria, Jerman. Cerita bahwa pertemuan Iluminati dilakukan di kota kecil ini mungkin terdengar berlebihan. Namun, Ingolstadt memang punya catatan sejarah terkait kelompok rahasia itu. Kota ini adalah tempat lahirnya iluminati, kelompok yang memang ada secara fakta sejarah, tetapi dilingkupi banyak mitos dan menjadi objek berbagai teori konspirasi. Lambang Illuminati sendiri pun paling umum adalah segitiga yang berpuncak ilustrasi satu mata. The Eye of Providence terdapat di Lambang Negara Amerika Serikat dan uang 1 dolar Amerika Serikat (AS). Bentuknya adalah gambaran mata kiri dalam segitiga yang memancarkan cahaya. Mata itu bersinar di atas piramida berpuncak tak sempurna dengan 13 tingkat. Lambang negara AS atau juga disebut sebagai \'Segel Agung AS\' terdiri dari dua sisi, yakni bagian muka dan bagian belakang. Simbol The Eye of Providence di atas piramida tak sempurna terdapat pada sisi belakang lambang negara. Ada angka Romawi di tingkat terbawah piramid, yakni MDCCLXXVI atau tahun kemerdekaan AS pada 1776. Simbol mata satu dan piramida dilengkapi moto bahasa Latin \'Annuit Coeptis\' dan \'Novus Ordo Seclorum\'. Apa maksud semua itu? Dilansir radarcirebon.com dari edaran Departemen Luar Negeri AS, diakses pada Sabtu (22/6/2019), piramida adalah perlambang kekuatan dan ketahanan. Annuit Coeptis artinya \'(Dia) Yang Menyetujui Usaha Kita\'. Siapa yang menyetujui? Sang Maha Pemelihara yang disimbolkan dalam mata satu. Dokumen Departemen Luar Negeri AS itu menulis \'Yang Menyetujui Usaha Kita\' sebagai \'Dia\' dalam tanda kurung dimaknai sebagai Tuhan. Moto Novus Ordo Seclorum artinya \'Tatanan Zaman Baru\', maksudnya adalah era baru sesudah kemerdekaan 1776. Desain The Eye of Providence di Segel Agung AS muncul berkat jasa Pierre Eugene du Simitiere pada 1776. Pierre adalah seorang seniman yang berpengalaman merancang lambang. Desain itu terus berubah namun simbol The Eye Providence tetap selalu bertahan. Pengukir dari Philadelphia bernama James Trenchard menciptakan simbol \'piramida dan The Eye of Providence\' hampir mirip seperti yang ada saat ini, tapi gambar mata yang digunakannya adalah mata kanan. Desain itu diperuntukkan bagi Columbian Magazine edisi Oktober 1789. Desain itu berubah saat Benson J Lossing menggunakannya untuk Harper\'s New Monthly Magazine edisi Juli 1856. Gambar mata kanan berubah menjadi mata kiri. Desain itulah yang kemudian juga dipakai di uang 1 dolar AS. Pada 1935. Presiden Franklin D Roosevelt menerima desain itu dengan beberapa perubahan di bagian lain. The Eye of Providence memantik teori konspirasi. Simbol itu dikaitkan dengan Illuminati, organisasi rahasia yang menurut teori konspirasi bertanggung jawab atas kekacauan dunia. Sebenarnya simbol mata satu semacam itu telah ada sejak era Mesir Kuno, yakni simbol Dewa Horus. Simbol Mata Horus menjadi jimat, disebut Wadjet, melawan mata jahat (evil eye). Dilansir BBC, masyarakat Mesir kuno percaya orang sukses akan mengundang iri hati orang di sekitar. Mata jahat adalah simbol mata orang yang iri hati, mata yang mengutuk. Namun simbol mata satu dalam segitiga sebagaimana tercantum dalam Dolar lebih dekat kepada simbol Kristiani. Dilansir dari tulisan \'Apa makna sebenarnya dari mata yang muncul di teori konspirasi?\' dalam Business Insider, simbol itu tampil dalam lukisan Supper of Emmaus karya Jacopo Carucci (Pontormo) tahun 1525. Segitiga melambangkan konsep Trinitas: Bapa, Putra, Roh Kudus. Cahaya yang memancar adalah cahaya ketuhanan. Soal simbol mata, ini ada kaitannya dengan Mazmur (Perjanjian Lama) 33:18, bunyinya, \"Sesungguhnya, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia\". Mata itu sendiri melambangkan \'Mata Yang Maha Melihat\' atau \'All-Seeing Eye\', yakni Allah (Bapa). Situs Catholic Saints memberi penjelasan simbolisme itu digunakan pada zaman dahulu saat mayoritas masyarakat tak bisa membaca dan menulis. Simbol \'dipinjam\' dari tradisi yang sudah ada pada era sebelum tradisi Kristiani tersebar. Bagaimana dengan Freemason, organisasi rahasia yang juga lekat dengan simbol The Eye of Providence? Freemason adalah organisasi rahasia yang lebih dulu ada ketimbang Illuminati. Freemason menggunakan simbol The Eye of Providence justru setelah simbol itu dirancang sebagai lambang Negara AS. Sebagaimana diberitakan The Telegraph, simbol itu digunakan Freemason mulai 1797. Desain mata itu dimaksudkan supaya anggota Freemason senantiasa merasa diawasi agar tidak membocorkan rahasia organisasinya. Benjamin Franklin adalah salah satu Bapak Pendiri AS yang dipastikan sebagai anggota Freemason. Namun desain dari Franklin dan kawan-kawan tidak sampai ke meja Kongres, tidak seperti desain Du Simitiere pada 1776 yang sampai ke Kongres meski saat itu kurang mendapat persetujuan. The Eye of Providence juga kemudian digunakan oleh Illuminati, organisasi rahasia bentukan Adam Weishaupt di Ingolstadt, Bavaria (sekarang termasuk wilayah Jerman). Dilansir National Geographic, Weishaupt adalah keturunan Yahudi yang telah memeluk Kristiani. Pertemuan Illuminati pertama dilangsungkan pada 1 Mei 1776. Simbol The Eye of Providence juga digunakan Illuminati dengan penggambaran di atas piramida bertingkat 13, sama seperti desain lambang Negara AS yang lebih dulu ada. Illuminati punya 13 tingkatan, terdiri dari Kelas Pertama: initiate, novice, minerval, iluminatus minor. Dilanjut Kelas Kedua: apprentice, fellow, master, illuminatus major, illuminatus dirigens. Yang tertinggi adalah Kelas Ketiga: priest, prince, magus, dan paling tinggi adalah king. Filsuf dari Inggris, Julian Bagini, menulis di The Guardian, jika benar Illuminati itu ada, itu akan menjadi organisasi rahasia yang paling tidak rahasia di dunia. Soalnya, informasinya sudah banyak tersedia lewat Google. Teori konspirasi tentang Illuminati selalu mengandaikan adanya kelompok elite rahasia yang berkuasa, beroperasi demi kepentingan sendiri. Bagini menilai wajar saja bila orang percaya dengan teori konspirasi semacam itu. Soalnya, sifat dasar manusia memang selalu mencari pola dasar dari setiap kejadian. Manusia juga sering meyakini bahwa setiap kejadian pastilah didasari maksud tertentu dan ada polanya, meski pada kenyataannya tidak selalu demikian. Teori konspirasi hanyalah upaya alamiah manusia untuk menemukan pola dari realitas yang acak-acakan. Upaya pencarian pola ini sebenarnya sah-sah saja meski belum tentu benar, namanya juga usaha. \"Dunia ini membingungkan dan rumit. Hampir semua dari kita mencoba untuk merapikan semua itu, itulah mengapa ada banyak disiplin seperti ilmu sosial, ekonomika, dan hubungan internasional. Semua membutuhkan waktu, inteligensi, atau pendidikan yang kebanyakan dari kita kurang mendapatkannya. Tak heran jika kita sering mengambil jalan pintas, cara kotor untuk membuat dunia bisa dipahami,\" tulis Bagini. Namun bila kecenderungan alamiah ini menjadi berlebihan, masyarakat akan melihatnya sebagai gangguan pareidolia, yakni kecenderungan akut mengidentifikasi objek apa pun dengan objek lain yang lebih berkesan. Misalnya menemukan pola wujud Semar pada wedus gembel, menemukan pola gambaran ibu memangku bayi di rembulan, atau membayangkan pola segitiga Illuminati pada celana dalam. Di Amerika Serikat, 28% masyarakatnya percaya ada elite berkuasa rahasia dengan agenda global tengah berkonspirasi menciptakan Tatanan Dunia Baru yang otoriter (New World Order). Ini dipotret oleh survei Public Policy Polling, lembaga yang dekat dengan kaum Demokrat, pada 2013. (*)
Soal Sang Mata dalam Segitiga Illuminati
Sabtu 22-06-2019,22:28 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :